Arogansi agama menurut Peter Gay dalam bukunya The Cultivation of Hatred, akan melahirkan kebencian. Kebencian karena merasa terancam oleh pihak yang berbeda tersebut dimanifestasikan dalam bentuk agresi. Kelompok arogansi beragama dengan tujuan “menyenangkan tuhan” (bisa jadi tuhan justru tidak merasa senang), mendorong aliansi antar pengikut aliran fanatik “menyenangkan tuhan” lainnya. Kelompok arogansi beragama ini sering kali mengelola kebencian dan agresi menjadi alat untuk menyerang kelompok yang berbeda cara dalam “menyenangkan tuhannya.
“Negeri ini bukanlah milik satu agama,satu kelompok etnis.Tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke. Terimakasih Pahlawan. Engkau sudah mempertahankan bangsa Indonesia. Kami siap meneruskan perjuanganmu,”. Kutipan yang disampaikan Siti Nuraedah siswi kelas VI SDN 1 Astapada, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, (Kompas, 24/11/2020), terasa relevan. Tuhan hadir di dada setiap pemeluk yang saleh. Bisa jadi tuhan ada di hati Hadi Sasmita, Mbah Tokia dan Petrus. Mungkin tuhan tidak hadir di hati para perusak. Tuhan tidak disenangkan dengan cara merusak umat lain, tapi dengan cara menebar kebaikan kepada sesama. Agama itu hanif (lurus) dan rahman (kasih sayang). Mari kita renungkan. Salam, Kang Marbawi.