Oleh:
Adi Hatia Warman, Dewi Wansantika Gunawan, Hilda Novia Sabila, Nabila Nurullita, Rusydina Alifa Gunawan
Pada akhir tahun 2019, dunia dihebohkan dengan munculnya wabah COVID-19 karena adanya infeksi Virus Corona yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina. Sudah hampir satu tahun dunia seperti berjalan tanpa arah. Pasien COVID-19 semakin meningkat dan tenaga medis terus berjuang jatuh bangun untuk menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus yang diakibatkan oleh adanya COVID-19 ini.
Hal tersebut mencuri perhatian para ilmuwan untuk melakukan penelitian dalam mencari obat antivirus yang efektif. Namun, nyatanya belum ada obat atau vaksin antivirus yang tepat untuk COVID-19. Di Indonesia sendiri beberapa instansi juga berusaha melakukan penelitian terkait obat yang dapat digunakan untuk mengatasi COVID-19.
Baca Juga:Ilusi Pelarangan Minol melalui Legislasi DemokrasiPatimban Dibangun, Siapa yang Untung?
Salah satu contoh penelitian obat COVID-19 yang dilakukan oleh instansi dalam negeri adalah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga (UNAIR). Dilansir dari website Unair, ada lima kombinasi obat yang merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB. Lima macam kombinasi tersebut yaitu:
1. Lopinavir atau ritonavir dan azithromycin. 2. Lopinavir atau ritonavir dan doxycycline. 3. Lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin 4. Hydroxychloroquine dan azithromycin 5. Hydroxy dan doxycycline
Namun, kelima kombinasi obat tersebut belum dapat diperjualbelikan secara bebas dan masih dalam proses uji Badan POM.
Berkaitan dengan obat yang tepat untuk COVID-19, pada penelitian Zhang et al (2020) ditemukan bahwa terdapat senyawa anti COVID-19 pada kandungan Xuebijing. Xuebijing sendiri merupakan salah satu pengobatan herbal tradisional yang digunakan melawan COVID-19 melalui injeksi yang langsung dimasukkan ke dalam peredaran darah. Xuebijing ini terdiri dari lima ekstrak herbal seperti Carthamus tinctorius, Paeonia anomala, Ligusticum striatum, Salvia miltiorrhiza, dan Angelica sinensis. Xuebijing berpotensi sebagai anti inflamasi, penghambat replikasi Virus Corona, penghambat peradangan serta disfungsi koagulasi.
Untuk mengetahui senyawa anti COVID-19 dalam Xuebijing tersebut, Zheng et al (2020) menggunakan beberapa aplikasi bioinformatika. Dimana aplikasi tersebut mampu melihat peran kandungan yang terdapat pada Xuebijing sebagai senyawa anti COVID-19. Mereka menggunakan aplikasi bioinformatika untuk menganalisis data-data yang sudah ada berdasarkan database ilmiah. Misalnya untuk memperoleh informasi tentang protein diperoleh dari Protein Data Bank: (RCSB), untuk mengumpulkan informasi tentang senyawa diperoleh dari database PUBCHEM, dan ada juga KEEG (Kyoto Encyclopedia of Gene and Genome) untuk memperoleh informasi yang dapat menjelaskan jalur mekanisme dari protein. Keseluruhan metode yang digunakan Zheng et al (2020) tersebut dinamakan farmakologi jaringan. Beberapa aplikasi bioinformatika yang digunakan tersebut yakni Cytoscape, Autodock dan Bioconductor.