SUBANG-Ditengah pandemi, produksi hasil tangkap nelayan di Blanakan terbilang tinggi. Pasalnya, sejak bulan Juni hingga saat ini merupakan bulan puncak produksi tangkapan ikan di laut.
Namun disisi lain, dampak Covid-19 juga tetap menyimpan masalah termasuk dari sisi penyaluran ikan ke pasar yang terhambat karena lesunya permintaan ikan di pasar.
Salah seorang nelayan, Karsan mengatakan untuk kapal dengan kapasitas diatas 10 GT yang biasa ia dan rekan-rekannya gunakan menangkap ikan, per hari bisa menangkap ikan hingga 2-3 Ton dengan estimasi melaut 9-12 hari melaut. “Tongkolnya saja dapat 1 ton lebih, tenggiri 5 kwintal, belum yang lain, ada Jaan, lanang, terus ada bentong dan lain-lain, semuanya itu ada. Sekarang paling banyak itu tongkol,” kata Karsam salah satu nelayan di Blanakan
Baca Juga:TNI Konsisten Bantu MasyarakatAda Kontes Cupang Hias Tingkat Nasional di Purwakarta, Ini Jadwalnya
Sementara itu, dimusim pandemi ini, ia menyebut secara tangkapan ikan sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Sebab, sejak Bulan Juni hingga Desember merupakan puncak produksi tangkapan ikan dilaut. “Kalau dampak pandemi secara tangkapan ya terlalu pengaruh, harga juga standar, tapi belum tahu didaerah lain,” ucapnya.
Namun salah satu kesulitan yang dialami nelayan adalah kesulitan BBM terutama BBM jenis solar. Jika outlet SPBU di area pelelangan kehabisan stok, terpaksa nelayan harus membeli BBM ke lokasi lain diluar area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Mandiri Mina Fajar Sidik. “Untuk solar kadang susah jadi harus beli keluar, ya nambah ongkos lagi, kesulitanya disitu,” ucap Karsam.
Permintaan Pasar Turun
Sementara itu, Ketua KUD Mandiri Mina Fajar Sidik Dasam menuturkan,selama pandemi Covid-19 tangkapan ikan di KUD Mina Fajar Sidik yang dihasilkan nelayan ada kenaikan dalam produksi. Bahkan dalam bulan-bulan puncak produksi ikan satu hari bahkan bisa mencapai 50 ton. “Sebenarnya selama pandemi ini tangkapan ikan ada puncak produksi, ada tangkapan ikan yang lebih baik itu dari Juni, Juli hingga November, bahkan sampai Desember nanti,” kata Dasam.
Dalam kondisi tersebut, tangkapan ikan yang banyak tak berbanding lurus dengan kondisi di pasar yang lesu akibat dampak Covid-19. “Akhirnya daya serap ikan ke pasar itu sangat rendah, resikonya, banyak nelayan yang memiliki utang di KUD Mina Fajar Sidik. Jadi karena produksi meningkat harganya rendah, pasar juga lesu, ya itu, serapan ikan akhirnya kurang,” imbuhnya.