Selain itu, antibodi dari marmut yang diimunisasi secara efektif bersaing untuk mengikat OspA dengan mAb 319-44 pada manusia. Data-data yang dikumpulkan dimaksudkan untuk meneliti rekayasa sintetis vaksin DNA yang dipercaya dapat menjadi proteksi sebagai bentuk imun dari Borreliella burgdorferi, suatu agen etiologi yang menyebabkan penyakit Lyme. Vaksin DNA terbukti dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dan bakteri dalam waktu yang sangat lama.
Beberapa cara yang digunakan untuk membuat vaksin DNA diantaranya adalah dengan cara kultur sel dimana Sel T 293 ginjal embrionik manusia dibiakkan di Dulbecco modified eagle’s medium (DMEM) dan dilengkapi dengan 10% fetal bovine serum (FBS), bersama dengan masing-masing 100 U / ml penisilin dan streptomisin. Sel lalu diinkubasi pada 37°C dan 5% CO 2. Selain itu, DNA diisolasi dari jaringan yang dipotong menggunakan kit mini-rep DNA. Beban bakteri pada jaringan ditentukan dengan menggunakan DNA genom.
Singkatnya, 80 ng DNA genom yang diekstraksi bersama B. burgdorferi flaB primer (200 nM) dan probe (320 nM) atau primer (400 nM) dan probe (320 nM) diarahkan ke mouse aktin gen. Kodon dan RNA dioptimalkan. Nukleotida yang dihasilkan disintesis, dicerna dengan BamHI dan XhoI, dan dikloning ke dalam vektor ekspresi pVAX di bawah kendali promotor sitomegalovirus manusia dan hormon pertumbuhan sapi.
Baca Juga:Mendamba Kesejahteraan di Tanah PapuaPerkuat Program, DP2KBP3A Bina Kader KB Desa
Di Indonesia sendiri, penyakit ini jarang ditemukan kasusnya, namun memang terdapat laporan yang menunjukkan jika penyakit Lyme pernah terjadi. Hingga saat ini, pengobatan dari penyakit Lyme di Indonesia hanya sebatas pemberian antibiotik saja, seperti doxycycline, cefuroxime, dan amoxicillin, baik infeksi yang berada pada fase awal maupun fase lanjutan. Jika vaksin DNA OspA konsensus sintetis (SynCon®), pLD1 diterapkan di Indonesia, tentu merupakan salah satu langkah yang baik dalam tindakan pencegahan terhadap infeksi Borreliella burgdorferi.
Hal ini dikarenakan gejala yang ditimbulkan sulit sekali untuk dapat didiagnosis, sehingga melalui pemberian vaksin tersebut, maka tubuh sudah memiliki antibodi sebagai upaya pencegahan, perlindungan dan pertahanan terhadap infeksi Borreliella burgdorferi sejak dini. (*)