Oleh: Azhar Rafa Ghaida, Hasna Ainaya Fauziyah, Siti Nurjanah, dan Yenni Verawati
Universitas Pendidikan Indonesia
Umur bumi yang semakin tua membuatnya semakin rentan terutama dengan adanya pemanasan global yang semakin tinggi. Sumbangan terbesar pemanasan global ialah penggunaan energi fosil yang sudah tidak terkendali. Kebutuhan manusia sehari-hari mulai dari penggunaan bahan bakar kendaraan hingga bahan bakar untuk peralatan rumah tangga memberi dampak terhadap pemanasan global. Saat ini pemanasan global sudah menjadi sorotan di berbagai negara khususnya Indonesia. Dengan demikian, Indonesia harus memulai pergerakan menuju “Energi Terbarukan” sebagai solusi mengurangi dampak pemanasan global.
Sumber energi terbarukan tentu berbeda dengan bahan bakar fosil. Salah satu contoh energi terbarukan yang sudah banyak orang ketahui, yaitu biogas. Biogas memanfaatkan bahan-bahan “yang tidak berguna”, kemudian diolah dengan proses tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Bahan yang biasa digunakan untuk biogas ini diantaranya: kotoran hewan, limbah produksi makanan, atau juga sampah sayuran dan buah-buahan. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri, yeast, dan mikroalga. Mikroorganisme mencerna bahan tersebut hingga akhirnya dihasilkan senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Baca Juga:Korupsi Susah Diatasi, Sistem Mati HatiTugas Ulama dalam Demokrasi : Bagai Api dalam Sekam
Akan tetapi, hasil dari biogas memang biasanya tidak sebagus seperti bahan bakar fosil. Hal ini karena adanya senyawa-senyawa lain yang dihasilkan oleh mikroorganisme selama mencerna bahan-bahan untuk pembuatan biogas. Agar hasil biogas memiliki kualitas yang lebih bagus, harus dilakukan “pemurniaan”. Pemurniaan dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mengurangi kualitas biogas seperti fosfor, karbon dioksida, dan nitrogen. Biogas itu gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Biogas tak memiliki polusi yang tinggi. Alhasil, sanitasi lingkungan pun makin terjaga. Biogas merupakan salah satu produk dari teknologi hijau yang sekarang marak dikembangkan. Gas yang dihasilkan dari proses biologis (anaerobic digester) mampu menghasilkan gas-gas seperti CH4, CO2, H2S, dan H2O. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga adalah suhu, salinitas, dan cahaya. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses metabolisme dan fotosintesis. Salinitas sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik antara sel dengan air sebagai