Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) merupakan program BKKBN untuk menekan angka jumlah penduduk. Inisiator SSK sendiri adalah seorang guru geografi dari SMAN 1 Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Yayan Mochamad Ramdhan. Dalam Program SSK, materi kependudukan diintegrasikan dengan pokok bahasan pada mata pelajaran yang relevan sehingga tidak menjadi mata pelajaran baru yang dapat menambah jam pelajaran dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar melainkan dengan memasukkan isu-isu kependudukan ke dalam mata pelajaran sesuai dengan kekhasan masing-masing bidang studi.
Secara umum, SSK bertujuan memberikan arah dan pedoman bagi penanggung jawab dan pengelola pendidikan, guru pembina, dalam melakukan penggarapan program kependudukan, KB, dan pemberdayaan keluarga. Keberadaan sekolah siaga kependudukan, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pelajar, untuk memikirkan masa depan mereka. Seperti pemahaman tentang usia pernikahan. Menikah itu harusnya umur 25 untuk laki-laki dan 21 untuk perempuan. Keberadaan SSK diharapkan para pelajar dapt menekan angka pernikahan usia muda. Para pelajar dapat berpikir bahwa untuk menikah harus sudah mampu mempunyai penghasilan dan menempuh pendidikan, agar nanti bisa menjadi keluarga yang berkualitas. Pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penggunaan Napza juga diharapkan dapat dimiliki oleh para pelajar.
Salah satu contoh penerapan SSK adalah dengan mengintegrasikan pendidikan kependudukan dalam mata pelajaran geografi sebagai pengayaan materi pembelajaran. Dalam Geografi sendiri, pembahasan mengenai permasalahan kependudukan dibahas di kelas XI pada materi dinamika antroposfer. Kehadiran SSK dalam mata pelajaran geografi dapat mempertajam materi yang sudah ada. Modul suplemen dan lembar kerja peserta didik disusun dengan mengacu pada lingkungan wilayah sekitar Jika sebelumnya dalam materi kependudukan yang dibahas hanya mengenai kualitas dan kuantitas penduduk Indonesia secara umum, maka dalam penerapan SSK ini, siswa diajak untuk bisa memahami kondisi kependudukan di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Dengan memahami lingkup terkecil terlebih dahulu, diharapkan dapat membangun kesadaran dan kepekaan siswa terhadap masalah kependudukan.
Baca Juga:Pemkot Cimahi Siapkan Tempat Isolasi BaruOperasi Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, 826 Botol Miras Disita
Melalui SSK pengenalan terhadap pendidikan kependudukan dirancang agar siswa dapat terjun langsung untuk mempelajari dinamika kependudukan. Dalam LKPD yang disediakan, siswa diminta untuk mengisi data-data kependudukan lingkungan sekitar dengan mendatangi kantor UPT DPPKB di wilayah masing-masing. Data-data kependudukan tersebut kemudian diolah, sehingga menghasilkan profil kependudukan wilayah desa masing-masing siswa. Dengan demikian siswa dapat lebih memahami kondisi kependudukan wilayah tempat tinggalnya. Siswa dapat menghitung kepadatan penduduk, angka kelahiran, angka kematian, beban angka ketergantungan sesuai dengan data kependudukan daerahnya masing-masing.