Penerapan joyfull learning dalam PJJ dapat dilakukan dengan berupa game based learning. Ada banyak aplikasi yang dapat digunakan oleh guru, seperti educandy, quizizz, kahoot, wordwall, liveworksheet dan lain-lain. Aplikasi-aplikasi tersebut telah dirancang untuk membuat game yang menarik dan interaktif. Peserta didik dapat tertantang untuk bisa memainkan game dan akan berusaha mempelajari materi agar bisa memainkan game dengan hasil yang terbaik. Guru juga bisa memberikan reward kepada peserta didik yang berhasil menjadi pemenang dalam game yang dimainkan. Hal tersebut juga dapat semakin membuat siswa tertarik untuk belajar. Selain dengan game berbasis aplikasi, guru juga dapat menyisipkan game pada saat pemberian materi melalui zoom, google meet atau aplikasi meeting virtual lainnya. Misalnya dengan bermain tebak kata, tebak gambar dan lain-lain.
Selain dengan game based learning, penerapan joyfull learning juga dapat dilaksanakan pada proses pemberian tugas, misalnya penugasan berbasis proyek. Sebagai contoh ,dalam pembelajaran geografi kelas XII pada materi pembangunan wilayah, peserta didik diberikan tugas untuk membuat maket tentang rencana pembangunan di wilayah desa masing-masing dengan mempergunakan bahan-bahan yang ada di rumah. Siswa diberikan kebebasan untuk berkreatifitas dan mengembangkan imajinasinya untuk merancang pembangunan desanya. Hasilnya, meskipun dalam bentuk maket yang sederhana, tetapi siswa dapat memahami konsep pembangunan wilayah.
Contoh penugasan lain dalam upaya penerapan joyfull learning misalnya pada pembelajaran geografi kelas XII, materi pola ke ruangan kota, agar peserta didik dapat memahami dengan baik tentang materi tersebut, peserta didik diberikan tugas untuk membuat flyer dengan tema “Kota Impianku”. Peserta didik diajak untuk “berkhayal” tentang kota yang mereka impikan untuk bisa ditinggali, bisa kota yang ada di dalam negeri, ataupun di luar negeri. Peserta didik ternyata cukup antusias, anak-anak perempuan entah karena sudah terpengaruh “demam korea” banyak yang memilih Seoul sebagai kota impiannya. Dengan membangun ketertarikan terlebih dahulu, membuat peserta didik tidak merasa terbebani dan dengan semangat mencari informasi tentang kota yang mereka impikan. Sehingga ketika mereka diminta untuk menganalisis tentang sejarah, jumlah dan kondisi penduduk, maupun tentang klasifikasi kota, mereka dengan mudah dapat menjelaskannya.