Penelitian ini menggunakan teknik anatomi yaitu setelah 35 hari kultur, bahan tanaman digunakan untuk studi morfoanatomis dan tiga in vitro tanaman dipilih secara acak dari setiap perlauan diberikan FAA. Untuk mempelajari jaringan epidermis, daun dibersihkan menggunakan metode Dizeo de strittmatter. Metodologi yang digunakan ini menghasilkan 72,5% semai dengan kondisi karakteristik normal yaitu tanpa bukti hiperhidrisitas, klorosis atau nekrosis. Epikotil tumbuh selama 30 hari yang menunjukkan efektivitas 3,9 dan rata-rata panjang tunas 25,6 mm dengan keadaan sehat, tanpa hiperhidrisitas atau keberadaan kalus. Pada tahap pengakaran, interaksi bakteri secara signifikan mempengaruhi persentase perakaran.
Bakteri Azospirillum brascilense dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi karena bakteri tersebut menghasilkan hormon Auksin (IAA) yang dapat memicu pertumbuhan akar dengan pemanjangan dan perbanyakan rambut akar. Pertumbuhan akar yang optimal akan meningkatan proses pengangkutan air dan mineral ke seluruh bagian tanaman yang menyebabkan tanaman akan tumbuh dengan subur. Selain itu, bakteri ini juga dapat memodifikasi kandungan dalam medium melalui pengikatan nitrogen dari udara ke dalam media tanam. Hal ini akan menyebabkan kebutuhan nitrogen tanaman dapat terpenuhi. Nitrogen yang tercukupi akan membuat tanaman tumbuh dengan optimal, berkurangnya kemungkinan gagal tumbuh, dan tidak akan mengalami stress.
Azospirillum brascilense juga menginduksi peningkatan kualitas kelenjar trikoma pada daun. Pertumbuhan dan perkembangan trikoma ini dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder yang melindungi tumbuhan dari hama penyakit. Dengan demikian, penambahan bakteri ini bisa meningkatkan tingkat produktivitas tanaman karena tahan hama penyakit serta dapat mengurangi biaya kebutuhan produksi karena kandungan nutrisi dalam media tanam yang terpenuhi.
Baca Juga:Fasilitasi Disabilitas untuk Bekerja di Perusahaan, Pemkab Subang Diganjar Penghargaan dari Presiden RITokoh Pemuda Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Pembacokan Pelajar di Jalan Raya Compreng
Penelitian lebih lanjut terkait biofertilizer dari Azospirillum brasilense untuk Handroanthus chrysotrichus belum banyak dikembangkan saat ini. Namun hal ini bisa menjadi celah penelitian apabila ditunjang dengan fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan. Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik, yaitu hidup bebas di dalam tanah, baik di sekitar maupun dekat dengan perakaran, terutama pada rumput-rumputan dan serealia. Di Indonesia, rerumputan tumbuh subur dan banyak ditemui sehingga keberadaan A. brasilense bisa didapatkan dengan mudah. Teknik ini cocok diterapkan di Indonesia yang kaya akan keanekaragamannya, dapat digunakan sebagai upaya pelestarian ataupun tujuan komersil.