Asal-usul Sepeda Lipat, dari Tunggangan Militer hingga Jadi Buruan di Indonesia

Asal-usul Sepeda Lipat, dari Tunggangan Militer hingga Jadi Buruan di Indonesia
0 Komentar

Salah satunya adalah sepeda lipat Element yang diproduksi pada 2019 oleh pabrikan sepeda asal Kendal Jawa tengah, PT Roda Maju Bahagia. Dilansir, CEO perusahaan ini pun mengaku awalnya memang terinspirasi dari merek sepeda Inggris tersebut.

“Setelah melakukan riset, kami pun akhirnya memutuskan membuat Pikes Gen 1 dengan beberapa penyesuaian sehingga tampak seperti Brompton,” kata Hendra, CEO PT Roda Maju Bahagia.

Sebentar lagi, Element juga bakal meluncurkan produk pengembangan Pikes Gen 1 yang diberi nama Pikes Gen 2.

Baca Juga:Memaknai Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa Bagian Kedelapan BelasPJT II Panen Raya Bersama dengan Satgas Citarum Harum

Meski bercita rasa lokal, peminat seli Element sangat positif. Hal ini terbukti dari kehebohan di media sosial soal peluncuran Pikes Gen 2 yang harus diundur karena terlambatnya pengiriman salah satu spare part.

Sekalipun dengan harga yang jauh di bawah Brompton, sepeda lipat Element generasi Pikes tampaknya juga tak bisa dibilang murah. Jika kamu ingin memiliki, satu unit seli keluaran Element dibanderol Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.

Selain Element, baru-baru ini media sosial juga diramaikan dengan “Brompton made in Bandung” bernama Kreuz. Desain seli Kreuz ini ditemukan Yudi Yudiantara dan Jujun Junaedi dengan membongkar Brompton seri terbaru pada 2019.

“Prototipe pertama ini banyak kesalahan. Meski geometris dan wheelbase-nya sama, detailnya ada yang salah. Tapi, kalau digunakan sudah enak dan nyaman,” tutur Yudi.

Saat itu, seli Kreuz memang belum resmi diproduksi, tetapi sudah banyak masyarakat yang tertarik dengan prototipe tersebut.

Yudi dan Jujun sendiri tak ingin buru-buru menjualnya karena belum mengetahui kelemahan dan tak ingin produknya hanya sekadar bisnis.

Dengan bantuan modal dari seorang teman, mereka pun terus mengembangkan prototipe seli Kreuz hingga menjadi sepeda lipat yang kualitasnya tak kalah dari Brompton.

Baca Juga:Gedung Kebudayaan Rp 6 Miliar di Ranggawulung Subang MangkrakKaum Ibu Dilatih Keterampilan Jasa Usaha Kuliner

Basic-nya memang Brompton, tapi tekukannya kami buat beda. Kalau Brompton di tengah, kami dari awal. Bentuk kepala juga dibuat berbeda,” jelas Yudi.

Selain kualitasnya yang tak sembarangan, Kreuz juga dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau, yakni di kisaran Rp 3,5 juta hingga Rp 8 juta saja.

Bila ingin memiliki seli lokal yang satu ini, kamu harus bersabar karena antreannya sudah mencapai Juni 2022.

0 Komentar