Selain itu, adanya Turnkey Project Management. Manajemen proyek kunci putar ini semestinya disadari sangat merugikan dan berbahaya bagi bangsa. Manajemen ini memberi peluang sangat besar terhadap tekanan para investor terhadap negeri ini.
Akibatnya, tenaga kerja lokal tidak terpakai, atau jikapun terpakai akan diperlakukan diskriminatif. Seperti penyediaan sarana disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja asing (TKA). Padahal, sarana mereka seringkali bertentangan dengan nilai-nilai Islam (miras, prostitusi hingga narkoba). Potensi kerja intelijen oleh TKA pun disinyalir oleh banyak pengamat, dapat menguasai aset strategis milik bangsa. Bila proyeksi keuntungan dari investasi itu tidak bisa dicapai.
Selain itu, beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri pun telah mengancam ketahanan pangan. Sehingga ketergantungan terhadap pangan impor akan semakin besar. Sedangkan ketergantungan impor akan berpotensi menghancurkan kedaulatan pangan. Dan pada gilirannya akan semakin mencengkram kedaulatan bangsa.
Baca Juga:Jika China Serius Beralih ke Energi Terbarukan, Bagaimana Nnasib Ekspor Batu Bara Indonesia?Edukasi Penanggulangan Covid-19 Di Bidang Pendidikan Melalui Kegiatan KKNT PPD UPI Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Alasan Investor Berebut: Lokasi yang Strategis, SDA dan Faktor Produksi murah
Pihak pengembang telah menerima banyak inquiry. Itu artinya, promosi gubernur Jabar sukses besar. Para Investor yang akan mengisi kawasan Industri ini antara lain dari negara Jepang, Korea Selatan, China, Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa.[4]
Mengapa para investor asing “berebut” menanamkan modalnya di kawasan ini? Pertama, karena lokasinya yang strategis, yaitu berada di kawasan Segitiga Rebana. Selain itu, kawasan ini dilalui jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Wilayah utaranya memiliki akses menuju Pelabuhan Patimban. Ditunjang pula dengan Bandara Internasional Kertajati. Akses yang mudah telah semakin mempermudah asing dalam eksploitasi SDA.
Kedua, Subang memiliki SDA yang melimpah karena wilayahnya memiliki lingkungan dari pantai hingga pegunungan. Bagian selatan berupa dataran tinggi yang menyimpan potensi agraria seperti perkebunan kopi, teh dan buah-buahan. Juga terdapat pertambangan batu di Kasomalang.
Di bagian utaranya ada potensi maritim seperti perikanan di Balanakan, pelabuhan di Patimban, pariwisata di Pantai Cirewang Logonkulon dan potensi minyak dan gas bumi di Pusakanagara. Di Subang pun ada pabrik alutsista terbesar di Asia, PT Pindad.