Oleh: Mumu Ridwanullah
Kondisi pandemik memaksa seluruh aktivitas manusia berubah menyesuaikan dengan anjuran kesehatan demi mencegah penyebaran virus Covid-19. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan salah satu aktivitas yang paling terkena imbasnya, karena sejatinya sekolah normal (tanpa protokol kesehatan) merupakan tempat potensial pusat penyebaran virus tersebut. Bagaimana tidak, sekolah merupakan tempat ratusan siswa belajar, berkumpul dan saling berinteraksi. Sehingga tidak heran jika saat ini pemerintah mengambil tindakan untuk menyekolahkan siswanya dari rumah masing masing atau  istilah familiarnya yakni, belajar daring atau kelas online.
Belajar daring sangat jauh perbedaanya jika dibandingkan dengan belajar tatap muka, dan saya yakin pembacapun akan sependapat terkait hal itu. Namun, pentingnya pendidikan mengaharuskan semua pihak yang di dalamnya ada pemerintah, lembaga pendidikan, guru bahkan siswa dan orang tua siswa sekalipun untuk bisa beradaptasi tetap mengadakan pembelajaran meski dalam kondisi pandemik ini. Pertanyaannya adalah, apakah setiap sekolah yang membuka pembelajaran online telah berhasil beradaptasi? Atau guru yang memberikan pembelajaran online bisa beradaptasi? Atau bahkan siswa yang selalu ikut belajar online juga bisa disebut berhasil beradaptasi? Tidak ada yang tahu, jika tidak diteliti secara mendalam. Namun ada kriteria kasar yang bisa kita jadikan acuan dalam menilai apakah siswa-siswa tersebut mampu beradaptasi dalam kegiatan belajar daring ini? Sederhananya dapat dilihat melalui komposisi rangking kelas ketika sekolah tatap muka dan ketika kelas online.
Ranking siswa dalam suatu kelas menggambarkan pencapaian siswa dalam satu semester baik dari keberhasilan menjawab soal-soal ujiannya, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan atau penilaian lainnya selama kegiatan pembelajaran. Sehingga rangking dapat menjadi acuan seberapa baik keberhasilan siswa dalam kegiatan belajarnya, meskipun tidak secara tepat menilai setiap kemampuan siswa. Kita tahu dalam setiap kelas selalu ada juara kelasnya, yang kadang selalu di pegang oleh beberapa orang siswa saja, termasuk rangking-rangking dibawahnya seperti tiga besar, lima besar, atau sepuluh besar yang juga selalu diisi oleh siswa-siswa tertentu setiap tahunnya. Namun, bagaimana jadinya jika kegiatan kelas online membuat siswa yang dulunya selalu masuk ranking teratas, dapat mudah tergantikan oleh siswa lain? Atau mengapa siswa yang biasanya kurang berhasil ketika belajar tatap muka bisa menunjukkan hasil yang cemerlang saat pembelajaran online?