Bagian 1
Oleh: Kang Marbawi
“Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya”
-Ki Hajar Dewantoro
Siapa yang tak kenal Ki Hajar Dewantoro, Bapak Pendidikan Indonesia? Kalau ada yang tak kenal, bisa dipastikan, orang tersebut bukan orang Indonesia, atau baru lahir dan masih sekolah dasar. Atau memang seharusnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan survey kepada masyarakat tentang tokoh pendidikan yang satu ini. Apakah masyarakat masih mengenalnya atau tidak kenal sama sekali dan lebih kenal artis sinetron Korea?
Tokoh yang ajarannya menjadi jargon Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tut Wuri Handayani ini sesungguhnya memiliki pemikiran pendidikan yang futuristik. Jauh melebihi Paulo Freire dari Brazil. Sebelum Freire mengembangkan teori pendidikan yang membebaskan pada tahun 1960-an, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat -nama asli Ki Hajar Dewantoro telah lebih dahulu mengenalkan pendidikan yang membebaskan sejak tahun 1922 melalui Pendidikan Taman Siswanya.
Baca Juga:Satgas Covid-19: Kluster Unsika Akibat Tidak Taat AturanMenteri Agama Tekankan Tiga Point Kepada Anak Buahnya, Berikut Detailnya
H.A.R Tilaar menyebut Ki Hajar Dewantara sebagai pioneer Critical Pedagogy atau Pendidikan Kritis genuine Indonesia yang mendahului Paulo Freire dan tokoh Critical Pedagogy kontemporer lainnya. Ki Hajar Dewantoro menurut Tilaar sejak awal menganut kepada mengembangkan kemerdekaan peserta didik dan pendidikan yang mengabdi kepada peserta didik. Ini terlihat dari konsep model pendidikan “taman” yang dikembangkan oleh Taman Siswa.
Lebih jauh Sri Edi Swasono menjelaskan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantoro sebagai berikut: 1) Bahwa pendidikan ditujukan untuk mengembangkan dan memelihara pertumbuhan anak, baik lahir dan batin.
2) Pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi yang dapat melestarikan kebudayaan bangsa.
3) Pendidikan yang diadakan kolonial tidak untuk kepentingan Bangsa Indonesia, pendidikan kolonial hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pegawai kolonial.
4) pendidikan kolonial mengakibatkan tidak adanya kemerdekaan dan kemandirian rakyat Indonesia.
5) Pendidikan adalah untuk memerdekaan rakyat Indonesia lahir dan batin.
6) Pendidikan harus berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia.
Ada tiga konsep pendidikan Ki Hajar Dewantoro yang terkenal dan seharusnya menjadi bagian penting dari ruh pendidikan nasional saat ini: Pertama teori tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Teori ini kemudian oleh Tilaar dikembangkan menjadi panca pusat pendidikan dengan menambahkan pemerintah dan dunia industri. Kedua, teori kebudayaan Trikon, yaitu: kontinuitas, konvergenitas, dan konsentris. Kontinuitas diartikan kewajiban untuk merawat nilai-nilai budaya sendiri dan melanjutkan serta melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Konvergenitas dimaksudkan adanya dialog antar budaya yang memungkinkan terjadinya persenyawaan baru yang berbasis nasional.