Antiklimaks. Begitulah akhir cerita peresmian operasi terbatas (soft launching) Pelabuhan Patimban menurut saya. Setelah diminta oleh Presiden Joko Widodo agar proyek pembangunannya dipercepat dan para pekerja pun tergopoh-gopoh memenuhi permintaan Presiden, akhirnya seremoni pengoperasian fasilitas yang berlokasi di desa Patimban, Kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, itu dilakukan secara virtual. Antiklimaks bukan?
Kalau memang pada akhirnya sang kepala negara hanya meresmikan secara daring (dalam jaringan alias online), terus ngapain juga beliau menginstruksikan pengerjaan Pelabuhan Patimban agar digeber kencang?
Bisa jadi dipilihnya peresmian pelabuhan tersebut secara daring, kendati Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang hadir langsung di lokasi peresmian, dikarenakan makin menggilanya virus korona di Tanah Air sehingga konsentrasi massa dalam jumlah besar perlu dihindari.
Baca Juga:Pil Pahit Chelsea di Akhir TahunTempat Wisata Wajib Terapkan 4 M
Tetapi, besar dugaan saya alasan dipilihnya konsep hybrid dalam soft launching Pelabuhan Patimban bukan karena pandemi yang kian mengganas. Pelabuhan ini dari sisi teknis konstruksi belum sepenuhnya kelar dikerjakan. Dari pengamatan saya saat berkunjung ke Pelabuhan Patimban pada November lalu, para pekerja proyek tengah berjibaku menyelesaikan sisa ruas jalan yang membentang dari jalan nasional Pantura, sekitar 8 km lebih panjangnya, menuju ke dermaga. Sekitar beberapa ratus meter saja lagi.
Dugaan saya yang lain. Beredar kabar burung sebelum soft launching bahwa car carrier (kapal pengangkut kendaraan) yang diminta untuk memeriahkan upacara peresmian menolak sandar. Terang saja operatornya menolak. Wong kapalnya gede berdaya angkut 6.000 unit kendaraan. Ia takut lunas kapalnya nyangkut di kolam pelabuhan yang kedalamannya kurang dari -10 meter. MV Suzuka Express akhirnya “turun tangan” meramaikan hajatan Kementerian Perhubungan. Kapal yang dioperasikan oleh perusahaan pelayaran Toyofuji Shipping ini bersedia sandar di Pelabuhan Patimban dan mengangkut ekspor perdana 140 unit kendaraan. Sekadar catatan, kapal ini kapasitas angkutnya 2.000 kendaraan.
Antara 2T
Kita tinggalkan cerita seputar peresmian terbatas atau soft launching yang mengirim sinyal kuat kepada publik bahwa Pelabuhan Patimban terlalu dipaksakan pengoperasiannya. Tidak ada prakondisi yang bisa dirujuk untuk membenarkan langkah pemerintah ini. Ekonomi dalam negeri bergerak lunglai dihajar perlambatan (slow down) maupun Covid-19. Ekonomi dunia sami mawon.