JAKARTA-Pakhir tahun 2020 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat keputusan terkait diadakanya sekolah tatap muka mulai Januari 2021.
Sementara itu menurut beberapa pakar dan ahli epidemiologi meminta keputusan sekolah tatap muka di bulan Januari 2021 ditunda hingga Februari.
Menurut epidemiolog Griffith University Dicky Budiman, pembukaan kembali sekolah tatap muka sangat berisiko. “Di bulan Desember ini kita menghadapi kejadian yang terburuk. Yang jelas, secara teoritis praktis pengalaman berbagai tanda bahwa adanya Pilkada, Pemilu, ataupun keramaian akan memperburuk. Ditambah lagi adanya potensi libur panjang akhir tahun atau awal tahun,” ujarnya.
Baca Juga:Guys, Ini Cara Pinjam Uang Online Tanpa Takut Tipu-tipuGubernur Jatim Khafifah Positif Covid-19, Minta Warga Jangan Abai
Oleh karena itu, Dicky menyarankan agar pemerintah sebaiknya membuka sekolah pada akhir Februari 2021. Hal ini disebabkan, angka positivity rate di rata-rata daerah di Indonesia belum ada yang mencapai 5-8 persen, sehingga membuat pandemi Covid-19 belum dapat dikendalikan.
Bahkan, berdasarkan anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesi (IDAI), pembukaan kembali sekolah di masa pandemi belum bisa dilakukan. Apabila sekolah kembali dibuka, maka akan berpotensi meningkatkan penyebaran virus karena adanya mobilitas atau pergerakan masif.
IDAI menilai, pihak sekolah harusnya memenuhi syarat jika ingin membuka kembali sekolah tatap muka, yaitu:
– Pemetaan positif per kelurahan
– Pemetaan lokasi sekolah, apakah guru dan murid berasal dari zona merah, dan sekolah berada di zona kuning
– Kontak guru atau murid dengan orang lain.
– Kendaraan sekolah yang tidak melintasi zona merah
Keputusan penundaan sekolah tatap muka Januari 2021 diminta ditunda dan sebaiknya diundur hingga Februari 2021.(red)