Oleh : Neny Nuraeny
Ibu Rumah Tangga dan Pendidik Generasi
Acara muhasabah bersama sepertinya sudah menjadi rutinitas setiap tahun yang diselenggarakan oleh hampir seluruh kaum muslim. Pada tahun ini pun demikian. Kegiatan doa bersama di malam penghujung tahun pertama kalinya diadakan secara virtual, dikarenakan masih dalam keadaan pandemi Covid-19.
Kegiatan tersebut berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Seharusnya keadaan itu dijadikan muhasabah juga, momen perbaikan diri, sempurnakan kehidupan.
Setiap saat tentu kita bisa melakukan muhasabah, baik malam ketika melaksanakan shalat, merenung apa yang telah dikerjaankan di siang hari, dan bersyukur atas nikmat apa saja yang telah dikecap selama sehari itu.
Baca Juga: Literasi Digital Jadi Tuntunan di Masa PandemiSubang Kota Kerap Banjir Cileuncang, DPKP: Tidak Ada Anggaran
Di era kecanggihan teknologi yang kian hari semakin canggih, banyak kita saksikan kalangan umat yang tidak mampu menguasai diri sendiri. Hal tersebut disebabkan ketidakmapuan diri dalam memanfaatkan rahmat Allah Swt. yang begitu banyak. Manusia malah selalu mengutamakan hawa nafsu yang membawa mereka ke dalam jurang kemaksiatan dan kekufuran. Oleh karena itu muhasabah sangat penting dilakukan.
Muhasabah adalah momen introspeksi diri, renungan isi hati apa yang telah diperbuatnya selama ini dengan bertujuan untuk membersihkan diri atas segala dosa yang telah diperbuat.
Seorang mukmin tentu erat kaitannya dengan muhasabah karena keimanan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap Allah Swt. Di dalam hati mereka selalu mengharapkan rahmat Sang Khalik.
Tujuan hidup seorang muslim tentu tidak hanya sekadar kebahagian duniawi semata. Keselamatan dunia dan akhirat menjadi prioritasnya. Hanya saja tidak setiap muslim memiliki kesadaran untuk selalu memperjuangkan kebahagian akhirat dikarenakan kelalaian oleh perkara dunia. Hanya orang mukminlah yang terus memperjuangkan kehidupan yang bahagia di akhirat kelak.
Muhasabah seorang muslim dapat menilai kebaikan atau keburukan yang telah diperbuatnya. Bahwa pribadinya itu penuh kekurangan, yang memungkinkan terus-menerus melakukan kemaksiatan, atau bahkan kadang sangat mudah meninggalkan kewajiban.
Allah memerintakan setiap mukmin untuk bermuhasabah diri, melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18-19 yang artinya:
“Hai orang–orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk esok hari (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”