Ya, “Ramalan Jayabaya”. Sebagian dari kita meyakini ramalan tersebut terbukti atau paling tidak tepat dengan kondisi saat ini. Ramalan Ratu Adilnya Jayabaya ini diperkuat oleh Pujangga Ronggo Warsito yang mengabdi di Keraton Surakarta, antara tahun 1801-1873 M. Filsuf Jawa ini menulis ramalan futurisnya tentang Ratu Adil dalam “Serat Joko Lodang”. Juru tulis kerajaan Mataram ini juga menulis ramalan “Jaman Edan”. Pas banget dengan kondisi sekarang, ya.
Ada kesamaan konsep Ratu Adil, baik di Jawa maupun di Brazil, juga di belahan dunia lain. Kesamaan pada adanya ketertindasan, suasana politik yang carut marut dan kesewenangan penguasa. Ratu Adil dipersepsikan oleh masyarakat sebagai pembawa keselamatan, ketentraman, kedamaian, dan keadilan. Bahkan Plato -Platon, orang yang lahir 5 abad Sebelum Masehi sudah memimpikan datangnya Ratu Adil, dia menyebutnya Ratu Filsuf. Bedanya, Plato menulis mimpi ratu adilnya melalui buku Politeia (The Republic) yang menceritakan demokrasi anarkis penguasa Yunani, bisa diselesaikan oleh Ratu Filsuf.
Andai Raja Jayabaya dan Ronggo Warsito sudah membaca Politeia-The Republic-nya Plato, mungkin Jangka Jayabaya bukan saja berisi ramalan, tapi bisa jadi kritikan terhadap praktek kekuasaan yang menindas. Juga ada tutorial menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Mungkin juga dimasukan tutorial cara membuat kebijakan yang adil dan bijaksana melawan Covid-19.Atau tutorial menyalurkan bantuan sosial agar tak “disunat” atau tutorial lelang pengadaan yang baik dan benar agar tak “disatroni” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Baca Juga:Ambu Siap jadi Orang Pertama di Vaksin di PurwakartaPerlunya Penanganan Dini untuk Mengatasi Penyakit Diabetes Mellitus
Cerita ratu adil, adalah hasrat murni masyarakat untuk memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana. Hasrat yang terus hidup walau redup, namun tak mati, hingga hari ini. Memimpikan hadirnya pemimpin yang mampu mewujudkan kehidupan yang lebih baik, aman, damai, sejahtera, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kertaraharja. Pemimpin yang mendasari kebijakannya untuk tujuan kemanusiaan dan mewujudkan keadilan bagi segenap rakyat, tanpa pandang bulu.
Sebab setiap pemimpin harus melandaskan kebijakannya kepada kemaslahatan umat dan mewujudkan keadilan bagi segenap warga tanpa pandang bulu. Maslahat atau kebaikan dan keadilan yang ditujukan untuk mewujudkan rakyat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kertaraharja baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Imam Syafii berfatwa: tasharruful imam ‘ala al-ra’iyyah manuthun bi al maslahah. Kebijakan pemimpin itu harus bertumpu kepada kemaslahatan rakyat.