Diperparah dengan adanya proyek permukiman baru yang dibangun di atas tebing bagian utara dan tenggara perumahan SBG. Dicky mengatakan, adanya aktivitas lalu lintas alat berat di tebing tersebut turut menambah potensi longsor semakin besar.
“Secara geoteknik aktivitas tersebut melemahkan ikatan butir tanah di situ, sehingga berpotensi longsor. Apalagi memang sebelumnya wilayah longsor tersebut merupakan sengkedan yang ditanami pohon, kemudian ditebang dan di bagian bawahnya dijadikan perumahan,” papar Dicky.
Bagian utara perumahan pun terdapat bekas galian tambang yang dibangun menjadi kawasan perumahan. Kata Dicky, berdasarkan penuturan warga di lokasi terdapat air terjun.
Baca Juga:(E-Paper) Pasundan 18 Januari 2021Mayat Laki-laki Ditemukan Mengambang di Tarum Timur, Berikut Identitasnya
Secara geologi, keberadaan air terjun menandakan adanya sesar atau patahan. “Sehingga kalau ada hujan besar, gempa, akan ada pembebanan berlebih yang kemungkinan akan terjadi longsor,” ungkapnya. (DetikNews, 12/01/2021).
Meski saat ini longsor sudah berhenti dan warga sudah mengungsi, namun bukan berarti daerah tersebut sudah aman dari ancaman longsor susulan. Faktor iklim, kondisi tanah dan alih fungsi hutan untuk perumahan menjadi salah satu penyebab terjadinya longsor.
Ironisnya, musibah seperti banjir dan longsor terus berulang sepanjang tahun tanpa upaya serius untuk memperbaiki kesalahan mendasar menyangkut paradigma pembangunan yang dikaitkan dengan keseimbangan ekologi. Wajar jika intensitas bencana makin sering terjadi dan luasannya pun terus bertambah.
Terbukti daerah-daerah yang sebelumnya dikenal tidak pernah banjir dan longsor tahun-tahun belakangan ini mulai terdampak banjir dan longsor. Di kota-kota besar semacam Jakarta, Bandung, banjir mulai lumrah terjadi.
Semestinya, pemerintah di semua level lebih serius mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan tata ruang wilayahnya. Bahkan jika perlu merevisi perencanaan pembangunan yang terbukti telah mendegradasi lingkungan sebagai salah satu penyebab bencana banjir dan longsor.
Penyebab utama bencana banjir dan longsor adalah paradigma pembangunan yang tak akomodatif terhadap daya dukung lingkungan. Bahkan tampak kebijakan pembangunan berparadigma sekuler kapitalistik selama ini hanya mengindahkan kepentingan para pemilik modal yang hanya berorientasi keuntungan materi.
Itulah kenapa, meningkatnya kasus bencana banjir dan longsor selalu sejalan dengan meningkatnya intensitas pembangunan multisektor di kawasan-kawasan dataran tinggi atau wilayah penyangga air. Seperti proyek perumahan, kawasan-kawasan wisata, kawasan perindustrian dan lain-lain.