Oleh : Gina Kusmiati
(Komunitas Pena Islam)
Di akhir tahun 2020 Indonesia mengalami krisis pandemi. Bahkan dalam kurun 9 bulan dari Maret hingga Desember, virus ini telah banyak menelan korban ratusan tenaga kesehatan. Sebanyak 504 tenaga medis dan kesehatan terpapar covid-19. Seluruhnya berasal dari 25 IDI Wilayah (Provinsi) dan 102 IDI Cabang (Kota/Kabupaten). Di antaranya 131 dokter umum, 101 dokter spesialis serta 5 residen. Kompas.com (2/01/21)
Jawa timur sendiri masih berdiri di posisi tertinggi. Ada 46 dokter, 2 dokter gigi, 52 perawat, dan 1 tenaga laboratorium. Disambung dengan wafatnya nakes di DKI Jakarta yaitu 37 dokter, dokter gigi, 24 perawat, 1 apoteker, 1 tenaga laboratorium medis. Di Desember saja IDI mencatat ada 52 dokter meninggal dunia akibat terpapar covid-19.
Mirisnya, kasus kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia menjadi urutan ke 3 se-Asia dan masuk 5 besar Dunia. Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut dalam seminggu angka kematian tenaga kesehatan menjadi tiga kali lipat (Kompas.com, 29/12/20).
Baca Juga:Beragam Bencana Mewarnai Indonesia di Awal Tahun 2021Daerah Rawan Longsor di Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
Untuk itu, Adib mengimbau kepada masyarakat agar lebih peka terhadap prokes dan menghindari kerumunan. Ia pun mengingatkan pada para medis untuk memperketat penggunaan APD saat bekerja. Karena Menurut Adib, penyebab melonjaknya korban covid-19 disebabkan meningkatnya aktivitas masyarakat dan mobilitas menjelang liburan.
Namun, imbauan Adib hanya akan menjadi solusi yang samar pabila tanpa disertai kebijakan yang benar dari pemerintah. Karena faktor utama penyebab dari melonjaknya korban covid-19, bukan pada penggunaan APD nakes ataupun masyarakatnya. Melainkan, kebijakan pemerintah yang terkesan berantakan.
Justru nakeslah yang sering mengingatkan pada masyarakat untuk senantiasa mematuhi protokol kesehatan. Sebisa mungkin diam di rumah, dan menjauhi kerumunan. Namun, pemerintah sendiri yang menepis imbauan nakes ini dengan berulang kali melonggarkan kebijakan AKB maupun PSBB kala wabah masih meninggi. Juga menggelar even-even atau acara-acara negara yang mengundang keramaian. Pihak nakespun geram. Hingga secara serentak menyuarakan tagar “Indonesia terserah” sebagai bentuk protes.
Maka, Sudah bisa disimpulkan bahwa kondisi saat ini merupakan bagian dari buah kebijakan pemerintah sendiri. Karena seyogianya kebijakan pemerintah yang akan memengaruhi semua aktivitas masyarakat.