Oleh : Vitriastuti S.Si.
Rencana pemerintah melalui Kementrian pendidikan dan kebudayaan dalam mengeksekusi pengembangan pendidikan vokasi sangatlah serius dilakukan beberapa diantaranya adalah program Bangkit dan link and match yang dilakukan pada Perguruan Tinggi dan SMK dengan industri.
Bangkit (Bangun Kualitas Manusia Indonesia) merupakan program pembinaan 3.000 talenta digital terampil guna menyiapkan sembilan juta talenta digital terampil pada tahun 2030. Program ini diselengarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) bersama Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka (Kompas.com)
Selain Bangkit Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kemendikbud telah melakukan penyesuaian kurikulum SMK dalam rangka mendukung program “link and match” hasil kolaborasi satuan pendidikan vokasi dengan DUDI(newsdetik.com).
Baca Juga:Bisakah Vaksin Diandalkan untuk Mengatasi Covid-19?Mengorkestra Pembelajaran Era Milenial: Sebuah Seni Pembelajaran
Program-program tersebut dilakukan agar lulusan vokasi dan mahasiswa dapat terserap lebih banyak ke dalam dunia kerja, melalui kurikulum yang dirancang mengkuti korporasi yang pada akhirnya tujuan pendidikan hanya terbatas pada mencetak tenaga kerja dan buruh industri.
Kondisi tersebut menyiratkan lemahnya peran Negara yang hanya sebagai regulator dalam pendidikan. Jika negara berperan penuh maka korporasi tidak akan masuk ke dalam dunia pendidikan, namun nyatanya korporasilah yang lebih dominan dalam dunia pendidikan.
Kebijakan ini adalah hasil dari sistem kapitalisme yang akan merusak potensi generasi karena hanya dikerucutkan menjadi buruh terdidik. Generasi yang bermental lemahlah yang akan muncul, bukan mental pelopor korporasi apalagi mental seorang pemimpin.
Dibajak secara resmi potensi unggul generasi oleh korporasi membuat kita tidak mampu untuk menjadi Negara yang mandiri. Sehingga dengan keterampilan yang diperoleh tidak akan pernah dijumpai kebermanfaatan yang luas untuk menyelesaikan masalah Negeri. Mereka akan lebih tertarik untuk memiliki keterampilan yang dapat dilirik oleh para korporasi. Lalu siapakah yang akan membangun peradaban negeri ini jika seluruh SDM menjadi pengekor korporasi?
Berbeda dari sistem kapitalisme, dalam sistem islam pendidikan adalah sebuah investasi masa depan yang kurikulum pendidikannya berlandaskan pada akidah islam. Tujuan dalam pendidikannya adalah membentuk kepribadian islam, menguasai pemikiran islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu terapan, serta memiliki keterampilan yang tepat guna.