Padahal sosialisasi yang telah didapatkan dalam kurikulum 2013 adalah bahwa dalam proses pembelajaran harus mengembangkan 4 C atau dalam diri siswa, yakni Critical Thinking, Creatif, Commucation, Collaboration. Bagaimana 4C ini dapat terbentuk jika pengajaran di kelas hanya dengan metode yang sama selama puluhan tahun? Bagaimana siswa bisa menjadi anak-anak yang berfikir kritis dan kreatif jika mereka masih menjadi objek pembelajaran dan bukan sebagai subjek?.
Seperti di awal kalimat artikel ini, kelas ibarat sebuah panggung dimana dimana siswa memainkan alat musik dan guru sebagai fasilitator yang menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar dengan cara-cara yang luar biasa agar anak merasakan pengalaman belajar yang menakjubkan.
Revolusi Industri 4.0 yang menawarkan begitu banyak fasilitas penunjang pembelajaran harus kita manfaatkan dengan optimal. Guru sebagai ujung tombak dari sebuah proses pembelajaran di kelas harus terus belajar mengembangkan diri, mengasah keterampilan serta belajar bagaimana memanfaatkan teknologi dan berbagai media pembelajaran untuk diterapkan di kelas.
Baca Juga:Tahun Baru, Istilah Baru, Akankah Pandemi Berlalu?Sempurnanya Jaminan Sosial dalam Islam
Dalam proses pembelajaran di kelas, karena kita sudah berada pada era Internet of Things maka seyogyanya tugas guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, karena apa pun yang ingin diketahui siswa sesungguh nya sudah ada dalam genggaman tangan mereka. Tugas guru adalah menyalakan api dalam pikiran siswa dengan cara kreatif yaitu menghubungkan beragam pengetahuan yang dapat dieksplorasi oleh siswa dengan masalah yang ada dalam kehidupan nyata sehingga potensi yang dimiliki bisa terus terasah.
Mungkin kita bisa belajar dari Michael Alexander, mantan kepala sekolah di Illnois AS yang mengembangkan beragam media dengan beragam metode serta mengkondisikan iklim sosial masyarakat sekitar. Sekolah yang pada saat ia datang begitu terpuruk dan terancam ditutup perlahan berubah menjadi sekolah yang istimewa bahkan meraih posisi runner up saat disurvei.
Saya akan mengutip perkataan Glenn Doman dalam buku nya Teach Your Baby Math, bahwa belajar adalah permainan terbesar dan terasyik dalam hidup. Sebagian anak tak pernah benar-benar mengerti pelajaran ini, dan menjalani hidup dengan keyakinan bahwa belajar itu menyenangkan dan merupakan satu-satunya permainan yang pantas untuk dimainkan. Kita menyebut anak-anak yang seperti itu dengan sebutan jenius