Oleh : Shinta Dewi
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah
“Air susu dibalas air tuba” mungkin pepatah itulah yang pantas menggambarkan kejadian di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Hanya karena hal sepele yang berawal dari cekcok masalah baju, seorang ibu dilaporkan oleh anak kandungnya ke polisi bahkan sampai ditahan.
“Saat ini sang ibu yang berinisial S 36 tahun, mendekam dalam sel tahanan Polsek Demak Kota, karena berkasnya sudah lengkap,” ujar Haryanto kuasa hukum terlapor S. (Detik.com Sabtu 9/1/2021)
Sering kita melihat pemberitaan baik di televisi maupun di media sosial lainnya, kejadian anak durhaka seperti ini. Mirisnya, kasus tersebut kebanyakan dipicu oleh masalah sepele. Pengorbanan orangtua seakan-akan telah hilang dan terlupakan dalam benak mereka.
Kenyataan ini tidak lepas dari paham sekuler yang banyak dianut masyarakat dunia.
Baca Juga:Target Pembangunan saat Pandemi, Akankah Terealisasi?Peta Pendidikan di Sistem Sekuler
Pandangan ini memisahkan agama dari kehidupan, memandang nilai baik dan buruk ditentukan oleh akal dan hawa nafsu manusia, bukan berdasarkan wahyu Allah Swt. Maka tidak heran akan lahirlah sifat matrelialisme dan kebebasan berprilaku. Anak-anak yang terkontaminasi paham ini akan memperlihatkan sikap bebas dan sulit diatur, bahkan cenderung liar dan membangkang. Walaupun ada kesepakatan yang dibuat dengan orangtuanya akan sulit untuk berkomitmen apalagi tunduk dan patuh pada aturan Allah Swt. mungkin akan sangat sulit untuk dilaksanakan.
Keyakinan bahwa manusia punya hak untuk menentukan aturan hidupnya menyebabkan anak seenaknya membuat aturan sesuai selera dan keinginannya. Diperparah dengan sikap materialisnya anak akan menetapkan baik buruknya menurut nilai materi yang akan didapat.
Tugas dan peran orangtua bukan suatu pekerjaan yang mudah. Bukan hanya mengurus, membesarkan tapi perannya terutama ibu adalah sebagai pendidik pertama dan utama. Karena di tangan orangtualah amanah pengasuhan dan pendidikan yang menentukan mau diarahkan kemana anak-anaknya. Juga sangat berperan besar dalam kehidupan beragama seorang anak.
“Tidaklah anak manusia dilahirkan melainkan pasti lahir di atas fitrahnya, maka kemudian orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.” (Bukhari dan Muslim)