BANYUWANGI – Sekumpulan Dukun di Banyuwangi mendeklarasikan Perdunu (Persatuan Dukun Nusantara). Tujuan didirikannya Perdunu ini agar masyarakat tak terjerumus dengan aksi dukun abal-abal dan menjerumus kepada penipuan.
Sekretaris Umum Pedunu Ali Nur Fatoni mengatakan Perdunu berdiri untuk memberikan kemaslahatan masyarakat. Perdunu sebagai wadah untuk masyarakat memberikan edukasi terhadap ilmu perdukunan. Termasuk menjelaskan spesifikasi keahlian dukun.
“Semoga Deklarasi Perdunu bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Perdunu nusantara didirikan untuk memberikan edukasi ke masyarakat tentang spesifikasi kemampuan pelaku spiritual,” ujar Ali, Sabtu(6/2).
Baca Juga:Dijadwalkan Menguji Mahasiswa Malam Ini, Rektor Univeritas Paramadina Meninggal Dunia di Usia 44 TahunKecelakaan Kerja, Tewaskan Pekerja Pabrik Kertas di Cipeundeuy Subang
“Nantinya yang bergabung akan kita publikasikan keahlian mereka. Bisa tentang medis, psikologis, dan masih banyak lagi. Sesuai spesifikasinya,” tambahnya.
Adanya Perdunu ini, kata pria yang akrab dipanggil Toni ini, agar masyarakat tidak tertipu dengan modus dukun abal-abal yang akan menjerumuskan masyarakat menuju aksi penipuan.
“Nah ini yang penting. Karena jangan sampai masyarakat tertipu dengan dukun abal-abal. Karena sudah banyak masyarakat yang ditipu dukun dengan modus berbagai cara,” tambah Toni.
Perdunu hadir, kata Toni, untuk mengubah paradigma masyarakat tentang dukun yang negatif. Selama ini, kata dia, dukun menjadi orang yang dibutuhkan, namun eksistensinya tidak muncul. Bahkan cenderung disembunyikan.
Menyikapi hal itu, Pengurus Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim berpandangan bahwa praktik perdukunan telah mengikis nalar ilmiah masyarakat. Itu terjadi karena praktik perdukunan telah mempunyai sejarah yang panjang di Indonesia.
“Dalam konteks Indonesia. Praktik perdukunan punya sejarah panjang. Perdukunan senantiasa dikaitkan dengan praktik politik, medis, karir dan masalah-masalah lain. Tetapi seiring berjalannya waktu, era modern dengan nalar ilmiahnya mereduksi praktik-praktik tersebut. Bahwa hal tersebut masih ada tentunya menjadi tantangan bagi ilmu pengetahuan dan agama,” kata Wakil Sekertaris PWPM Jatim Zaki Astofani, Sabtu (6/2).(red)