Ini artinya,guru harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan motivasi peserta didik dalam mendorong berpikir, mengembangkan kesadaran atau sikap batin dan keinsyafan untuk menuntut ilmu. Serta mendorong peserta didik untuk melakukannya sendiri tanpa paksaan dalam hal mengembangan kemampuan yang dimilikinya.
Titik tumpu dari kemerdekaan dalam pendidikan adalah bagaimana anak mengetahui cara berpikir dengan benar. Bukan hasil dari mengikuti pemikiran orang lain, atau disesuaikan dengan apa yang sudah digariskan atau mimetic (mengikuti apa kata orang) atau plagiarisme, mencontek. Namun anak memahami keputusan dan sikapnya berdasarkan argumentasi rasional yang didapat dari olah pikir dan budinya. Tentu sesuai dengan kadar usia dan tingkat berpikir anak.
Guru memberikan bimbingan dan menunjukkan atau menyediakan berbagai hal yang dibutuhkan untuk mengembangkan daya pikir/akal, budi dan sikap anak dalam menghadapi satu persoalan. Konsep problem dan project base learning menjadi salah satu cara untuk mengembangkan peserta didik bisa berpikir merdeka dan kritis. Guru menuntun peserta didik untuk membangun argumentasi berpikir dan bersikap dalam suatu persoalan. Pilihan bersikap didasarkan atas hasil
pertimbangan yang telah dilakukan oleh peserta didik. Bukan atas dasar mimetic atau mengikuti cara bersikap atau berpikir orang lain.
Baca Juga:Tidak Hanya Pamanukan, Pringkasap juga Banjir, Warga: Belum Ada Bantuan!51 Koruptor di Lapas Sukamiskin Positif Covid-19
Pendidikan merupakan rekayasa sosial untuk melahirkan manusia-manusia Indonesia yang memiliki karakter nasionalis, religius, menghargai perbedaan, memiliki keteguhan dalam agama namun tetap inklusif dan beradab serta mampu menjawab tantangan global.Mengutip broad cast yang menyebar di media sosial. Broad cast tersebut entah benar atau tidak.
Tapi kita akan ambil positifnya saja. Jika dalam hal pendidikan China sedang fokus persiapkan anak didik ke hi-tech and creative industry. Pendidikan di Amerika fokus pada memperkuat advanced materials, Cyber, and bio-science, dan teknologi luar angkasa. Pendidikan di Rusia fokus pada perkuat pengembangan manusia super/ super human. Pendidikan di Malaysia fokus menyiapkan anak didik utk menjadi manajer top dunia bidang jasa baik perdagangan, keuangan, dan investasi.
Maka, fokus pendidikan di Indonesia akan melahirkan manusia Indonesia seperti apa? Mungkin kita bisa tanya Prof Tilaar (alm). Mari kita renungkan. Salam Kang Marbawi (080221)