Kita pun punya ibu kota Jakarta yang langganan dilanda banjir. Subang punya wilayah Mayangan, Kecamatan Legonkulon yang hampir tenggelam ‘ditelan’ laut. Tidak perlu hujan deras, saat rob melanda, air laut merendam jalanan dan pemukinan. Kita juga perlu menyadari Pamanukan berada di cekungan yang diapit dua sungai besar: Sungai Ciasem dan Cipunagara. Jalan raya Pamanukan pun akan jadi sungai besar saat banjir. Permukaan jalan lebih rendah dari bangunan. Padahal Pamanukan berjarak sekitar 16 Km dari bibir pantai laut Jawa. Semua itu perlu perhatian dan keseriusan pemerintah untuk menanganinya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga Bupati Ruhimat mendesak agar pemerintah pusat turun tangan membantu menangani banjir. Bendungan Sadawarna yang dibangun di cekungan antara Subang-Sumedang-Indaramayu disebut bisa menjadi solusi. Setidaknya sungai dari wilayah selatan bisa masuk ke bendungan, lalu dipecah. Sebagian mengalir ke Indramayu. Tidak seluruhnya masuk ke Cipunagara. Selanjutnya pembangunan tanggul dan normalisasi bisa menjadi solusi mencegah banjir.
Lalu bagaimana cara Belanda menjinakkan air? Mereka membangun pintu air raksasa terbua dari baja dengan sistem buka tutup otomatis, membangun tanggul raksasa, sistem polder, kincir dan membentuk Dewan Air yang tugasnya mengawasi air dan mengoperasikan semua teknologi canggih penakluk air itu. Mereka sudah membangun dan memikirkan solusinya sejak tahun 1920-an bahkan ‘pertarungan’ mereka dengan air sudah sejak abad ke-11 lalu. Kini Belanda bebas banjir. Semua teknologi itu untuk melindungi sekitar 4 juta warganya di daerah rawan banjir.
Baca Juga:Banjir Surut, Sampah di Pantura MenggunungPenemuan Benda Mirip Granat Bikin Geger Warga Kasomalang Kulon
Mungkin dari sisi teknologinya kita belum bisa mengejar. Jakarta pun belum menemukan solusi jitu. Tapi setidaknya kita sadar bahwa ada jutaan warga Pantura yang terancam banjir setiap saat. Diawali dari kebijakan, maka akan memicu inovasi, inisiatif dan kesadaran kolektif. Kalau perlu, buka ruang sayembara gagasan kepada publik. Siapa yang punya ide jitu mencegah banjir Pantura. Semoga banjir tidak terjadi lagi, Corona pun pergi. Supaya bersemangat berteriak ‘Jawara’ di Pantura!
Penulis: Lukman Enha, Pimpinan Redaksi Pasundan Ekspres