Bukankah keberadaan sekolah Islam juga untuk mengintensifkan pembelajaran ilmi-ilmu Islam yang termasuk di dalamnya ada pembelajaran akidah? Jika ingin pembelajaran dan penjagaan akidah Islam tetap intensif, mengapa harus mendatangkan guru yang beragama non muslim?
Tanpa bermaksud mendiskriminasi guru non muslim, namun batasan akidah bukanlah sesuatu yang layak untuk dimoderasi, apalagi dikompilasi atau dicampuradukan. Islam jelas mengatur hal ini secara tegas.
Allah SWT. berfirman, janganlah kalian campur adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah: 42)
Posisi guru dalam Islam tak bisa dilepaskan dari payung besar sistem pendidikan Islam itu sendiri. Bahwa pendidikan ditargetkan untuk menghasilkan individu yang berkepribadian Islam. Jadi porsi guru dalam Islam ini memang tak sekadar mengajar atau menyampaikan materi pelajaran. Melainkan juga mendidik dan mencetak kepribadian pada anak didiknya.
Baca Juga:Produktivitas Lahan Kosong Dongkrak Ekonomi RakyatDiskriminasi Jilbab Termasuk Islamofobia
Guru bukanlah sebatas gudang ilmu. Namun, ia adalah suri teladan. Teladan adalah unsur penting dalam penilaian baik buruknya guru.
Teladan yang baik adalah salah satu cara yang paling jitu dalam pembentukan kepribadian murid, menjadi panutan dalam kepribadian, penampilan, karakter, daya pengaruh serta moral.
Kaum guru juga wajib mengajarkan metode berfikir yang benar, tidak rida terhadap hal-hal yang bertentangan dengan syariat, dan senantiasa meninggikan kebenaran.
Kekuatan kepribadian para murid yang dicetak oleh para guru ini sangat ditentukan oleh kualitas akidahnya. Sehingga peluang guru non muslim mengajar di madrasah adalah pintu pendangkalan akidah bagi generasi Islam.
Adanya pemisahan sekolah negeri dengan madrasah (sekolah islam) saja sudah jelas menunjukan kuatnya sekularisasi dalam pendidikan. Apa jadinya jika guru non muslim diberi ruang luas sebagai pencetak generasi muslim melalui sektor pendidikan.
Sistem kapitalisme tegak dengan segala pemahamannya yang bertentangan dengan hukum-hukum Islam, bahkan menghancurkan akidah Islam.
Generasi sekuler adalah mereka yang mempunyai pemahaman Islam yang dangkal, akidah yang lemah, tidak peka dan tidak paham masalah umat.
Baca Juga:Disperindag Karawang Tidak Naikan Target PAD, Berikut Alasanya(E-Paper) Pasundan 15 Fecruari 2021
Alih-alih jadi pelopor dalam kebangkitan umat. Yang ada justru menjadi beban dalam sebuah peradaban. Inikah yang kita cita-citakan? Na’uudzu billaahi min dzaalik