PURWAKARTA-Pasangan suami-istri (pasutri) penyandang disabilitas asal Perum Citalang Indah, Blok E No. 4, RT 20 RW 05, Desa Citalang, Purwakarta ini sungguh mengisnpirasi. Betapa tidak, dengan segala keterbatasan yang disandangnya itu, bukanlah menjadi penghalang untuk terus produktif.
Adalah Romi Wahyudi dan Susana Sali, nama keduanya cukup dikenal di kalangan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Purwakarta. Betapa tidak, keduanya terbilang sukses mengelola usaha makanan ringan. Bahkan, produk-produknya telah menempati berbagai otlet representatif.
Tak hanya sukses membangun bisnis, Romi dan Susana bahkan menjadi inspirator bagi para pelaku UMKM lainnya. Tak sedikit yang mencontoh kesuksesan mereka. Ini menunjukkan jika produktivitas mereka mengubah mindset jika keterbatasan fisik bukanlah suatu halangan untuk menjadi sukses.
Baca Juga:Bantu Tangani Sampah, PP-WIKA Terjunkan Belasan Dump TrukDifferent Way Film Pendek Karya Siswa SMA 1 Jalancagak
Ditemui di rumah sekaligus tempat produksinya, Susana menuturkan, produk UMKM yang dibuatnya kebanyakan berupa cemilan atau makanan ringan. Dirinya, sudah merintis usaha tersebut sejak 20 tahun lalu.
Saat ini, beberapa produknya juga telah menghiasi etalase di beberapa pusat oleh-oleh serta Galeri Menong. “Kebanyakan kue kering. Misalnya, kue kacang, kue bola tempe dan coklat stik,” ujar Susana, Senin (15/2).
Disebutkannya, hingga saat ini ada sekitar 40 jenis makanan ringan yang telah dibuatnya. Kebanyakan, kue-kue itu dibua berdasarkan pesanan. Yakni, kue kering yang menjadi khas saat hari raya keagamaan. “Kebanyakan sih kue kering untuk hari raya ya. Seperti putri salju, Kastangel (kue keju). Kalau hari raya, misalnya lebaran atau natal, itu pasti banjir pesanan,” katanya.
Diceritakannya, awal mula berkecimpung di dunia UMKM dengan mencoba belajar cara membuat kue kering secara otodidak. Itu pun, awalnya untuk konsumsi sendiri.
Kemudian, dirinya ingin lebih mengembangkan diri dan fokus mendalami usahanya ini. “Untuk itu saya sempat ikut kursus di Bandung untuk mendalami cara membuat kue ini,” ucap dia.
Saat awal belajar membuat kue, kondisi fisiknya sudah seperti sekarang ini, yakni tidak bisa menggerakan tangan dan kaki secara maksimal. Namun, karena tekad dan niatnya sudah bulat, akhirnya dia bisa mengembangkan bakatnya ini.