SUBANG-Banjir yang melanda di wilayah Pamanukan dan sekitarnya, kini belum usai. Padahal saat Sabtu lalu air sudah surut dan warga mulai membersihkan rumahnya.
Kini banjir susulan mulai menerjang kembali ketinggian air antara 60 cm. Warga kembali mengungsi ke bawah jembatan fly over.
Dari kondisi itu sumber penyakitpun bisa saja menjangkit warga, terutama penyakit kulit dan diare, karena kondisi jalan dan gang kumuh serta air yang kotor berkeruh.
Baca Juga:Korban Rumah Hanyut di Pagaden Belum dapat BantuanProgram Pembinaan Masyarakat Taat Hukum Kejati Jabar
“Ya belum ada bantuan obat-obatan, kalau makan dan minum cukup banyak. Kalau obat-obatan belum ada,” kata Miftah warga Kampung Baru Pamanukan.
Bukan hanya soal obat-obatan, ketersediaan sarana air bersih juga belum nampak. Bila adapun tidak merata ke semua warga. Padahal, warga terdampak sangat butuh air bersih untuk memasak dan mandi. “Sekarang banjir susulan lagi, belum juga beres sudah banjir lagi. Kita jadi khawatir bagi warga di sini kondisinya sangat memprihatinkan,” tambahnya.
Dengan kondisi itu, dinas terkait seharusnya cepat tanggap dan mengambil tindakan, penyaluran air bersih yang merata dan kebutuhan obat-obatan warga terpenuhi.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Subang dr. Arif membenarkan pada saat banjir di wilayah Pantura, posko kesehatan ramai diserbu warga yang menjadi korban banjir. Banyak warga mengeluhkan penyakit kulit. Hal tersebut dikarenakan banjir yang merendam warga, adalah air yang kotor,” ujarnya.
Mengenai dampak tersebut, dr Arif mengatakan, terdata yang meminta pertolongan pengobatan penyakit kulit ada sebanyak 998 orang dan yang mengeluhkan diare ada sebanyak 38 orang. “Dalam keluhan tersebut, kami langsung memberikan pertolongan pertama. Kebanyakan seperti kutu air, kurap, dan penyakit kulit lainnya. Ada yang diare juga, karena kekurangan air bersih,” ungkapnya.
Dijelaskan Arif, dampak banjir juga dikhawatirkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, dengan kondisi air yang menggenang, sangat dimungkinkan penyakit tersebut ada. Pihaknya melakukan pengecekan, jika ada warga yang demam dan panas mendadak dengan gejala-gejala DBD. “Kita juga konsen terhadap pemeriksaan DBD,” ungkapnya.
Dalam waktu dekat, Dinas Kesehatan akan melakukan rapid test kepada warga korban banjir. Akan digelar di 23 puskemas yang ada. Pasalnya, pada saat banjir tentunya banyak warga yang berkerumun, sehingga ketika panik lupa akan protokol kesehatan. “Kita sudah mendapatkan bantuan alat rapid test pada saaat Wakil Presiden berkunjung ke lokasi banjir pantura dan akan kita gunakan itu,” katanya.