Oleh karena itu selama kapitalisme sekuler menjadi landasan dalam pengaturan negara, selama itu pula keberpihakan kepada seluruh rakyat akan sulit didapat.
Tengoklah bagaimana Islam mengatur tata kota untuk pemukiman, lahan serapan diatur sedemikian rupa sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Andaikan sudah diperhitungkan dengan matang, masih ada kekurangan sehingga mengundang keluhan warga, maka harus segera direspon sebagai bentuk tanggung jawab. Jangan sampai kesulitan dan kesengsaraan rakyat terus berlanjut.
Baca Juga:Palestina Dibela Setengah Hati, Apa Solusi Hakiki?Merindu Pemimpin yang Kredibel, Berintegritas dan Bertakwa
Respon dari penguasa yang menunjukkan keadilan luar biasa atas tuntutan yang disampaikan seorang Yahudi di masa Khalifah Umar bin Khattab bisa menjadi pengingat sekaligus contoh bagi siapapun yang mendapatkan amanah kekuasaan. Satu waktu, Umar didatangi seorang Yahudi yang terkena penggusuran oleh seorang Gubernur Mesir, Amr bin ‘Ash, yang bermaksud memperluas bangunan sebuah masjid. Meski mendapatkan ganti rugi yang pantas, sang Yahudi menolak penggusuran tersebut. Ia datang ke Madinah untuk mengadukan permasalahan tersebut pada Khalifah Umar.
Setelah selesai mendengarkan pengaduan, Umar mengambil sebuah tulang unta dan menorehkan dua garis yang berpotongan, satu garis horizontal dan satu garis lainnya vertikal. Umar lalu menyerahkan tulang itu pada sang Yahudi dan memintanya untuk memberikannya pada Amr bin ‘Ash. “Bawalah tulang ini dan berikan kepada gubernurmu. Katakan bahwa aku yang mengirimkan untuknya.” Demikian Umar menyampaikan pesan untuk gubernurnya agar disampaikan oleh Yahudi yang mengadukannya.
Meski dia (Yahudi) tidak memahami maksud dari pesan Umar, dia tetap menyampaikannya dengan menyerahkan tulang tersebut. Singkat cerita wajah Amr pucat pasi saat menerima kiriman yang tak diduganya itu. Saat itu pula, ia mengembalikan rumah Yahudi yang telah digusurnya. Ketegasan seorang khalifah dan rasa takut yang menghinggapi seorang Gubernur Amr sulit didapat dalam sistem kapitalisme, karena berkaitan dengan pemahaman bahwa setelah kehidupan dunia seluruh manusia akan berjumpa dengan kehidupan akhirat yang abadi. Keadilan dan kepengurusan seorang penguasa tanpa membedakan agama, kekayaan, ras, dan suku, terwujud nyata dalam sistem Islam.
Wallahu a’lam bishshawab.