Oleh Arini Faaiza
Pegiat Literasi AMK
Hari raya Idul Fitri disambut dengan penuh suka cita oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali umat Islam di negeri ini. Biasanya menjelang lebaran masyarakat akan memadati pasar, mall dan pusat perbelanjaan lainnya untuk berbelanja berbagai kebutuhan hari raya. Terminal, stasiun, dan bandara pun mulai ramai oleh para pemudik yang hendak pulang ke kampung halamannya. Namun, dua tahun belakangan ini suasana lebaran sungguh sangat berbeda, pandemi covid-19 yang tak kunjung berakhir, memaksa pemerintah menerapkan aturan larangan mudik pada libur lebaran tahun ini. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus corona yang mungkin dibawa oleh para pemudik ke kampung halaman mereka.
Selain bersilaturahmi dengan sanak saudara, libur lebaran juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berwisata. Akan tetapi dengan adanya larangan mudik dan penyekatan kendaraan dari luar daerah, banyak warga yang memilih menghabiskan masa liburan di rumah bersama keluarga. Akibatnya sejumlah pengelola kawasan wisata mengeluhkan penurunan omzet mereka yang sangat signifikan. Salah satunya adalah pengelola destinasi wisata Ciwidey, Kabupaten Bandung. Mereka mengeluhkan penurunan jumlah wisatawan sekitar 70 persen pada libur lebaran kali ini, pasalnya wisatawan yang berkunjung ke Ciwidey selama ini didominasi oleh masyarakat yang berasal dari luar kota, terutama wisatawan asal Jakarta. (Bisnis.com,14/05/2021)
Memang tak bisa dipungkiri, kian meluasnya penyebaran virus corona semakin mempersulit kehidupan masyarakat. Berbagai sektor kehidupan turut merasakan imbas dari pandemi tak terkecuali industri pariwisata. Di Kota Bandung, penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota kembang mengakibatkan sejumlah hotel dan restoran terpaksa mengurangi karyawan bahkan gulung tikar. Dilansir dari travel.okezone.com, 20/03/2021, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung menyatakan bahwa Pendapatan Asli daerah (PAD) anjlok selama pandemi. PAD Kota Bandung yang diperoleh dari pariwisata turun secara drastis, dari Rp 780 miliar menjadi hanya sekitar Rp 391 miliar.
Baca Juga:Antara Kebijakan Mudik dan Wisata, Adil kah?Pembelaan Palestina Setengah Hati, Siapa Dibalik Israel?
Penurunan jumlah wisatawan pada masa pandemi merupakan hal yang wajar, berkurangnya pendapatan selama pandemi menyebabkan warga lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok dari pada berwisata. Disamping itu, untuk menghindari terpapar virus corona sebagian besar masyarakat memilih untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan, sesuai dengan himbauan pemerintah.