Dampak bullying
Sadar atau tidak, ingatlah bahwa korban ataupun pelaku bullying sama-sama membutuhkan pertolongan. Dampak yang diakibatkan tindakan ini sangat mempengaruhi banyak hal dalam aspek kehidupan seseorang. Misalnya saja, seorang anak yang menjadi korban bullying sangat berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik ataupun mental. Siapapun yang menjadi korban bullying identik dengan munculnya masalah mental seperti depresi, kegelisahan yang berlebihan, susah tidur, sakit kepala akut, sakit perut dan tegang otot, perasaan takut dan tidak aman, tidak semangat belajar, kurangnya gairah untuk melanjutkan kehidupan dan masih banyak contoh lainnya yang akhirnya merusak masa depan korban.
Bukan saja di Indonesia, melainkan di seluruh belahan dunia pun kasus bullying ini menjadi masalah yang harus diselesaikan. Contoh kasus bullying yang terjadi di Ohio ialah seorang siswa sekolah dasar nekat mengantungkan dirinya menggunakan dasi sekolah karena dibully oleh temannya di sekolah. Bocah tersebut mengalami penganiayaan fisik dari teman-temannya. Selain itu, seorang remaja di texas memilih untuk menembakkan pistol ke dadanya sendiri hingga tewas karena merasa dipermalukan di dunia maya. Tragis bukan? Lalu bagaimana dengan kasus bullying di Indonesia? Seorang anak SMP di Bali tega membunuh temannya sendiri karena menyimpan dendam yang sudah cukup lama kepada korban. Pelaku pernah menjadi korban bullying sejak kelas satu SMP. Rantai bullying tidak akan terputus karena suatu saat bisa saja korban bully menjadi pelaku bully.
Degradasi moral menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Kurangnya kesadaran dan tergerusnya itikad baik masyarakat menjadi pemicu moral yang tidak baik. Kata-kata tidak lagi diucapkan dengan hikmat, perbuatan tidak lagi dijaga, bahkan pergaulan pun kerap menimbulkan perlakuan yang tidak adil. Misalnya saja, anak muda zaman sekarang akan dianggap gaul apabila mengeluarkan kata-kata buruk yang menyudutkan orang lain. Publik figure tidak lagi menjaga etika dan tutur kata kala muncul di sosial media atau televisi. Selain itu kaum intelektual pun terkadang saling menjatuhkan secara terang-terangan tanpa merasa bersalah. Tidak mudah menyelesaikan kasus bullying jika akhirnya moral manusia sudah semakin buruk dan terperosok.