Harga Sepeda Lipat “Ngedrop?” Ternyata ini Alasannya
Harga sepeda lipat dikabarkan tengah “ngedrop“ pada saat ini. Meski sebelumnya, pada awal-awal pandemi covid-19 harga sepeda lipat merasakan puncak kejayaan dan naik daun serta mampu menambah gaya hidup hobi untuk masyarakat Indonesia.
Harga sepeda lipat pun sebelumnya beragam dari berbagai merek yang berbeda, misalnya Merek sepeda lipat yang menjadi idola masyarakat adalah Sepeda lipat Pacific Noris dengan harga yang terjangkau. Selain itu, berbagai merek sepeda lipat lainnya seperti sepeda lipat polygon, sepeda lipat exotic, sepeda lipat brompton, sepeda lipat United, sepeda lipat Phoenix, sepeda lipat dahon, dan sepeda lipat jenis lainnya.
Kebanyakan pesepeda melakukan hobi bersepeda dengan sendiri atau pun berkelompok sebab tidak membuat cepat bosan dan sekaligus bisa bersosialisasi.
Baca Juga:Kuliah Daring Berpeluang bagi Mahasiswa untuk BerbisnisMasuk Peringkat 11 Se-Indonesia, Ini Daftar 10 SMA Populer dan Terbaik di Kalimantan Selatan 2021
Manfaat Bersepeda untuk kesehatan tentu saja diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta juga untuk diet atau menurunkan berat badan, apabila bersepeda dilakukan dengan teratur. Olahraga bersepeda juga dapat menjadi penghilang stres.
Untuk itulah, salah satu alasan sebelumnya Sepeda lipat menjadi sepeda yang banyak dicari dan digemari, sebab bentuknya yang simpel dan ringan, menyimpannya pun juga sangat mudah
Akan tetapi, saat ini diketahui harga sepeda lipat mengalami penurunan. Harga Sepeda lipat menurun tentu saja beralasan, salah satunya adalah banyak bermunculan sepeda impor yang tentu saja menyaingi harga sepeda liat yang ada sebelumnya.
Seperti dilansir dari CNBC, “Pasar bisa sampai 8 juta tahun kemarin. Sekarang mungkin sekitar 7,5 juta. Lokal paling banyak 4 juta, itu paling banyak ya, sisanya diimpor. Impor biasanya lebih dominan,” kata Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) Rudiyono kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/6/21).
“Range (harga) turun 20%-30%, itu realita yang harus diterima. Barang yang lama sampai di grosir akhirnya jual barang aja, yang penting ngejar cashflow. Harga modal aja dilempar supaya terjadi perputaran. Pasar menyesuaikan diri dengan keadaan. Tapi demand tetap ada,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/6).