SUBANG-Pamanukan kini telah berusia 111 tahun. Penghitungan umur Pamanukan sendiri didasarkan pada berdirinya pemerintahan di wilayah Pamanukan saat itu pada tanggal 12 Juni 1910.
Salah satu tokoh Pamanukan yang juga mantan Kepala Desa Pamanukan Sudihartono menyebut, Pamanukan telah melewati berbagai masa sejarah. “Mungkin mulai dikenalnya itu itu saat berdirinya sebuah perusahaan Belanda yaitu Pamanoekan and Tjiasem Land atau P&T Land,” ucap Sudi.
Tentu dengan usia Pamanukan yang terbilang cukup matang ini, sudah seharusnya persoalan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat bisa lebih maju. “Termasuk persoalan banjir, infrastruktur yang rusak itu diperbaiki, soal sampah, hal-hal itu tentunya jadi perhatian,” ucap Sudi.
Baca Juga:Wow Fantastis!!! Ternyata Segini Harga Sewa Gedong Putih Lamaran Lesti Kejora dan Rizky BillarTak Ada Upacara, Peringatan HUT ke-14 KBB Bakal Ditayangkan Live Streaming Selama 24 Jam
Namun, hal yang tak kalah penting adalah terkait dengan tata kota di Pamanukan yang perlu untuk dibenahi. Sebab, selain sebagai sebuah wilayah dengan roda ekonomi yang terus berjalan, Pamanukan juga merupakan daerah penyangga Pelabuhan Patimban. “Jadi Tata kotanya itu harus benar, harus rapi, harus beres. Agar perkembangan wilayah juga bisa lebih merata,” imbuhnya.
Apalagi, dalam hasil kajian Pemekaran Subang Utara, Pamanukan termasuk salah satu dari tiga opsi sebagai wilayah yang dicalonkan menjadi Ibukota Kabupaten Subang Utara jika nantinya mekar.
“Itu hasil kajian. Tapi nanti tentu akan ada kajian lagi, termasuk hasil Musdes, usulannya seperti apa. Tapi, Pamanukan sebagai satu wilayah yang cukup tersohor di Subang ini sudah seharusnya maju,” imbuhnya.
Sementara itu, Tokoh Pemuda sekaligus Politisi asal pantura Niko Rinaldo menyebut, mencintai Pamanukan tidak harus lahir dan tumbuh disana. “Siapapun dan darimanapun kita, dengan pemikiran dan kontribusi positif lainnya, itulah sebenar-benarnya wujud kecintaan kita terhadap Pamanukan,” kata Niko.
Niko juga berharap ke depan, ada wadah yang bisa menampung sekaligus menjadi bahan diskusi berbagai tokoh serta elemen masyarakat demi menyongsong perubahan dan kemajuan di Pamanukan maupun Pantura. “Ini bisa menjadi awal, tidak hanya sebatas pada momen-momen seremonial tertentu, semangat yang hadir sekarang bisa dilakukan untuk sebuah agenda lain yang mempertemukan banyak unsur,” ucap Niko.(ygi/vry)