Selama prosesi ibadah umroh dan haji di tanah suci, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pelakunya misalnya penyembelihan hewan ternak merupakan simbol ketakwaan sekaligus kepeduliaan terhadap sesama machluk Tuhan. Hubungan anak dan bapak yang sangat harmonis melalui prosesi penyembelihan hewan. Ketika memasuki puncak haji yaitu wukuf di padang arafah dengan menggunakan pakaian ihram yang serba putih adalah sebuah simbol egalitaritas , berarti calon jamaah haji tidak pernah membedakan tingkatan status sosial. Mereka semua adalah machluk Allah yang sama derajatnya dan hanya berbeda dalam tingkat ketakwaannya. Tidak ada tingkatan jabatan, harta,perbedaan kulit, suku bangsa,asal negara. Mereka berpadu dalam pakaian yang serba putih seakan mau menghadap Tuhannya. Banyak lagi peristiwa yang bisa diambil hikmahnya termasuk melempar jumroh sebagai simbol menjauhi bisikan syetan karena syetan adalah musuh manusia sampai pada begitu banyak teladan filantropi islam ketika melaksanakan ibadah haji. Simbol kedermawanan senantiasa melekat pada setiap pelakunya termasuk perilaku empati dan keakraban terhadap sesama.
Tidak kalah penting, kita bisa melihat pelayanan Pemerintah Arab yang all out baik dari segi pelayanan makanan, saat beribadah sampai pelayanan transportasi selama 24 jam untuk beribadah para jamaah, sehingga Mekah menjadi kota yang tidak pernah tidur selama musim haji. Peristiwa ini banyak berimplikasi pada aspek yang lain yang terkait dengan ekonomi yang transaksinya meningkat pesat yang memberikan keuntungan bagi negara maupun pedagang di Mekah-Madinah. Sampai jumpa di tanah suci.(*)