Jika berandai andai, dulu kebijakan lockdown di awal pandemi dilakukan mungkin akan berbeda keadaannya. Namun konsekwensinya bila kebijakan itu dilakukan maka keluarga miskin mendapatkan bansos yang nilainya rp 1,5 juta per bulan. Berarti selam 3 bulan diperlukan gelontoran dana rp 400 triliun. Rakyat miskin bisa menikmati dan bisa juga roda ekonomi menggeliat. Tapi sudahlah kita sudah berada di masa yang sangat sulit. Ini nanti ditambah masalah musim, bila kemarau panjang tiba, tentu akan meningkatkan penderitaan para petani dan buruh tani. Pada ujungnya nanti mereka bisa matang hutangnya karena sudah tidak ada lagi asset yang dijual. Di balik kepiluan , ternyata Tuhan masih memberikan hujan sehingga panen masih bisa dipetik
Kondisi di hari hari ini jelang Idul Adha, di lingkungan saya, banyak terkapar untuk segala umur, untuk segala jender dan untuk berbagai sebab. Ada yang tanpa gejala, ada yang penyakit penyerta seperti gula dan nafas. Keterbatasan fasilitas di RS akhirnya beberapa ada yang isoman mandiri di gedung olah raga , di rumah anaknya, orang tuanya dan yang gak parah, harus di bawa ke rumah sakit. Ini semua menjadikan masyarakat menjadi bertambah cemas sehingga ada yang cuek bermain kartu, ngbrol di posko dan bahkan tetap berkegiatan sehari hari seperti biasanya. Bagi mereka yang suka dengan pendekatan religi maka pergi ke masjid, tadarus Al Qur’an di rumah. Pendek kata mendekatkan diri pada sang Pencipta dengan cara sholat dengan sabar.
Masyarakat miskin dan juga menengah ke bawah,atau kelompok masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap tentu sudah kehabisan tabungan, sehingga perlu dicari solusi yang tidak hanya berupa peraturan atau hukum yang bisa membatasi sebaran covid-19, akan tetapi bagaimana mereka tetap bisa makan dengan bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang layak . Berbagai peraturan yang ketat tanpa memberikan solusi memberi makan kepada mereka maka akan sangat menyulitkan kehidupan ekonomi mereka dan dengan terpaksa mereka akan menjual asset yang masih tersisa.
Baca Juga:Bapak Pontang-Panting, Rakyat SekaratSatgas dan Aparat Kewilayahan Diminta Berperan Aktif Tangani Warga yang Isoman
Disamping itu, perlu ditinjau kembali kebijakan tempat ibadah yang ditutup, yang menjadi tempat keluh kesah mereka terhadap Tuhan, mereka akan lebih tenang hatinya apabila lebih dekat dengan tempat ibadah, maka pendekatan religi tidak boleh diabaikan bagi masyarkat beragama. Kebijakan untuk mengurangi sebaran covid , harus comprehensive baik dari hulu menuju hilir yang mempertimbangkan aspek keselamatan, kesehatan, ekonomi dan religi.