Menyelesaikan masalah stunting tidak cukup hanya membahas minimnya penanganan yang diserahkan kepada BKKBN. Sebab kalau masalah dominannya adalah kemiskinan, hendaknya dievaluasi mengapa kemiskinan bertambah yang berakibat masyarakat tidak mampu membeli pangan yang bergizi bagi anak-anaknya. Padahal Indonesia dikenal kaya akan sumber daya alamnya. Kemiskinan bukan lagi karena malas bekerja, terbukti yang pelamar kerja selalu mengular.
Pengelolaan negara berdasarkan kapitalisme, sampai kapanpun tidak akan mampu menyelesaikan masalah stunting. Kapitalisme menciptakan kesenjangan ekonomi begitu tinggi, gaya hidup si kaya dan si miskin sangat jelas perbedaannya. Makanan bergizi sebenarnya melimpah, namun apa daya bagi si miskin tidak mampu menjangkaunya. Apalagi saat pandemi, pemasukan berkurang bahkan ada yang hilang sama sekali. Seharusnya stunting diselesaikan dari hulunya, bukan hanya hilirnya. Niat baik saja tentu tidak cukup. Edukasi akan pentingnya gizi mesti diikuti dengan strategi menciptakan kemampuan keluarga untuk mendapatkannya.
Kapitalisme telah menciptakan kemiskinan struktural. Kekayaan alam diserahkan pengelolaannya kepada para kapital, sehingga pemasukan bagi negara minim. Pajak dan utang menjadi andalan pemasukan utama. Masalahnya utang dan pajak menjadi beban bagi rakyat, terutama rakyat miskin. Minimnya anggaran yang dimiliki negara, menghilangkan kemampuan memenuhi kebutuhan rakyat akan pangan bergizi bagi rakyat miskin. Pembagian bubur kacang dan telor di Posyandu yang dimaksudkan mengatasi kurangnya gizi anak sangatlah tidak tepat, karena bersifat temporer, sementara kebutuhan gizi mestilah permanen.
Baca Juga:Alat Musik Tradisional Indonesia Beserta GambarnyaEu Marriage Traditions
Kapitalisme dan rezim pelaksananya tidak mampu menahan laju kemiskinan. Kerusakan akut sistem kapitalisme ada di berbagai lini kehidupan. Pandemi berlarut-larut, makin memperparah ancaman kelaparan, kurang gizi, stunting, dan lain-lain.
Stunting hanya bisa diselesaikan oleh sistem Islam. Ketika negara ditimpa wabah, segera menerapkan kebijakan karantina wilayah, agar wabah tidak menyebar. Sehingga kegiatan ekonomi di luar wilayah wabah tidak terganggu. Untuk daerah wabah baik yang sakit maupun tetdampak, dipenuhi segala kebutuhannya oleh negara secara maksimal. Hanya beberapa bulan saja wabah mampu diselesaikan.
Islam menciptakan kemampuan negara mengayomi seluruh rakyatnya, karena kekayaan milik umum dan negara tidak akan diserahkan kepada swasta terlebih asing. Karenanya akan membuka peluang lapangan kerja seluas-luasnya. Bagi yang tidak mampu bekerja karena alasan sakit misalnya negara menyediakan pos khusus bagi mereka ditambah zakat.