Kasus  Ibu Ngadiyah, seorang ibu rumah tangga yang nyambi sebagai penyahit. Beliau memiliki 2 putra, yang saat ini merantau ke luar kota. Alhamdulillah sudah tidak menanggung beban kebutuhan anak- anaknya. Kondisi suaminya sakit- sakitan sehingga harus menanggung beaya kesehatan suaminya, selain beaya hidup sehari- hari. Sebelum pandemi covid- 19, orderan dari para pelanggannya cukup banyak, terutama saat lebaran, hari natal, dan saat mau memasuki ajaran baru dengan pesanan seragam sekolah. Beliau gak pernah sepi orderan, sehingga penghasilan per bulan bisa lebih dari 2.000.000, namun saat pandemi, orderan menyusust drastis. Saat lebaran kemarin hanya ada 7 orderan yang masuk. Pernah selama 2 bulan tidak mendapatkan orderan sama sekali. Alhamdulillah ada pesanan membuat masker dari beberapa langganannya, ada yang pesen 50, 75, 100. Biasanya bahan berasal dari pemesan, bu Ngadiyah tinggal jahit dengan ongkos 3.500 per buah. Meskipun sedikit- sedikit orderan yang masuk tetap disyukuri dan tetap bersabar karena pandemi ini kehendak- Nya. Kiriman uang dari kedua anaknya yang merantau bisa menutupi kebutuhan hidup bersama suaminya. Memasuki ajaran baru tahun ini, beliau merasa bersyukur karena mulai ada orderan yang masuk, para pelanggan yang menjahitkan baju seragam sekolah.
Kasus Bapak Asep, sosok sarjana tehnik mesin yang ngajar sebagai guru honor di sebuah SMK Swasta. Menjadi guru honor dengan gaji dibawah 1.000.000/ bulan ternyata gak cukup untuk menghidupi keluarganya, dengan istri dan 1 anak yang masih duduk di bangku SD. Pak Asep akhirnya beralih profesi sebagai sopir ojek online/ grabcar. Sebelum pandemi melanda, sektor ini cukup menjanjikan, meskipun mobil milik orang lain, namun penghasilan per bulan lebih dari ketika menjadi guru honorer, rata- rata diatas 2.500.000, cukuplah untuk kebutuhan keluarganya yang berjumlah 3 orang.
Saat pandemi merebak, sektor ini mengalami terjun bebas karena selain pembatasan kegiatan masyarakat yang identik dengan terbatasnya penggunaan jasa angkutan, banyak orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena lebih aman dari tertular virus covid. Menurut Pak Asep, kondisi ini memaksa ‘juragannya’ menjual semua mobil yang dioperasikan. Setelah nganggur beberapa saat, saat ini pak Asep kembali mencoba keberuntungannya di sebuah SMK swasta, menjadi guru honorer. Kebetulan pak Asep masih tinggal dengan orang tua, dimana orang tuanya masih punya uang pensiun sehingga cukup membantu kelangsungan pemenuhan kebutuhan keluarganya.