Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Ekonomi Lemah di Masa Pandemi (2 habis)

Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Ekonomi Lemah di Masa Pandemi (2 habis)
0 Komentar

Kasus  Pak Bowo, usaha jasa tambal ban. Beliau mengontrak rumah sederhana yang dijadikan sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggal. 2 anak nya sekolah di SMTI kelas akhir dan SD kelas VI, sedangkan istrinya usaha buat snack yang dititip- titipkan di kios jajanan pasar. Sebelum masa pandemi, pesenan snack cukup banyak, karena pada saat itu banyak kegiatan masyarakat seperti pengajian, pertemuan warga, trah keluarga, dll yang sering pesen snack ke bu Bowo. Hasilnya kisaran 1.500.000 per bulan, cukup membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan makan, sekolah anaknya, juga bayar sewa rumah. Semenjak pandemi covid, kegiatan kemasyarakatan banyak yang dihentikan untuk mencegah penularan covid. Praktis hal ini berdampak pada penurunan omset usaha bu Bowo. Karena anaknya yang pertama sudah lulus, maka keluarga ini memutuskan pulang kampung ke Gunung Kidul, alasannya untuk menekan beaya kelangsungan hidup keluarganya. Di kampung ada rumah orang tua sehingga gak usah ngontrak, sedangkan untuk kebutuhan relatif murah. Di kampung keluarga ini merintis usaha angkringan.

Kasus Bu Asih, beliau punya usaha jasa penitipan sepeda. Lokasi tempat usaha berada di tempat yang strategis arah jalan antar kabupaten dan propinsi. Almarhum suaminya menyewa tanah kas desa yang kemudian dibangun sebagai tempat usahanya. Sebelum pandemi covid- 19, usaha ini sangat menjanjikan karena menjadi tempat penitipan sepeda motor orang- orang yang akan ke luar kota dan para penglaju. Hasil dari jasa penitipan motor sehari bisa mencapai 200.000 – 250.000 per hari. Penghasilan dari jasa penitipan motor cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk beaya sekolah putranya, bahkan bisa beli mobil untuk aktivitas keluarganya. Beda keadaan dengan saat ini, akibat adanya pandemi, pembatasan pergerakan orang , berdampak pada menurunnya penghasilan bu Asih. Saat ini sangat sepi usahanya, sehingga hanya dikelola anaknya, sementara karyawannya sudah diberhentikan. Rata- rata perolehan jasa penitipan hanya sekitar 30.000 per hari, hanya bisa digunakan oleh putranya yang  jaga setiap hari, sementara keluarga lainnya masih ada 7 orang, termasuk menantu dan cucunya. Sampai untuk menutupi kebutuhan lainnya terpaksa menjual mobilnya. Semoga pandemi corona segera sirna agar rakyat kecil tidak semakin menderita.

Laman:

1 2 3
0 Komentar