Kondisi psichlogi tersebut diperparah dengan pemberitaan di medsos yang bertubi tubi tentang angka covid dan kematiannya sampai pada fenomena ambulance yang meraung raung dan pemberitaan kematian melalui corong masjid menambah kesedihan yang mendalam. Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, konsep jarak dan ruang sangat penting dalam kajian geografi, kepadatan penduduk dalam ruang sangat tinggi dan kondisi ekonomi akan lebih baik dibanding di daerah pedesaan sehingga jarak antar masjid sangat dekat dan tidak jauh dengan ijalan protokol maka tentu sering mendengar dan merasakan kalimat thayibah : Innalillahi wainnailaihi roji’uun yang silih berganti hampir setiap hari melalui pengeras suara di masjid dan ditambah bunyi sirene ambulance bersahut sahutan dan mendebarkan, pertanda ada korban covid-19 yang angkanya meningkat terus tidak menentu, pagi sakit sore meninggal dan sebaliknya, semakin menambah penderitaan rakyat banyak. Diberlakukannya PPKM yang diperpanjang untuk menghalau penyebaran covid-19 tentu bisa menambah tekanan ekonomi masyarakat bagi yang tidak punya penghasilan tetap. Inilah kebijakan yang dilematis antara kepentingan kesehatan dan ekonomi yang sering disebut sbg trade off, sebuah pilihan yang yang serba menyulitkan. Trade off adalah situasi dimana seseorang atau Pemerintah harus membuat keputusan terhadap dua hal atau lebih dengan mengorbankan aspek tertentu, dalam hal ini kita mengutamakan aspek kesehatan tapi aspek ekonomi agak dikesampingkan misalnya. Pilhan yang serba dilematis.
Trade off yang lain di masa pandemi ini juga terjadi antara kepentingan kesehatan dan religi. Manusia Indonesia adalah manusia yang religius, sangat sensitive sekali bila terkait dengan masalah keagamaan terutama yang ritual misalnya sholat di masjid, pengajian, puasa, sholat hari raya , ibadah umroh dan haji.  Salah satu indikasinya adalah kedekatan hati mereka dengan masjid. Jumlah masjid dan mushola di Indonesia kini sudah mencapai 800.000 lebih, baik yang berada di lingkungan masyarakat maupun yang menyertai fasilitas umum seperti SPBMU,Restauran, Rest Area dll. Jadi rata rata tiap 220 orang di suatu wilayah pasti ada masjidnya cuma distribusi spasialnya belum merata. Rasio kota tentu lebih banyak jumlahnya dibanding desa karena kondisi ekonomi lebih baik dan kepadatan penduduknya lebih tinggi. Peningkatan jumlah tempat ibadah tersebut sebagai salah satu indikator keimanan seseorang yang berada di dekat masjid bila ia sekaligus pemakmurnya .