Jadi betapa kita hanya bisa mengikuti irama dan sulit menolak akibat persepsi masyarakat yang sudah kental dengan kebiasaan yang terjadi di lingkungan masing masing. Meskipun di beberapa daerah, kebiasaan lama tidak gampang musnah. Kami dapati orang sholat di masjid tanpa prokes, tanpa jaga jarak dan seakan virus tetap masih dapat dikalahkan oleh aktivitas ritual dan aman aman saja. Inilah anomalai dan nomali dalam masyarakat akibat spiritualnya yang kuat dan yang berbeda cara pandang dalam menyikapi wabah.
Tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir, semuanya serba abstrak dan akan sangat tergantung pada kebijakan pemerintah, disiplin masyarakat dalam menegakkan prokes, litrasi pandemi masyarakat dan tangan Tuhan yang akan akan mengakhiri. Satu setengah tahun telah berjalan telah memporakporandakan tatanan ekonomi, kesehatan dan budaya masyarakat, kita tunggu saja apa yang yang akan terjadi kemudian sambil harap harap cemas tapi tetap mendekat pada sang pencipta. Jika Tuhan menghendaki, maka yang terjadi terjadilah, demikian firman Tuhan yang sudah tertulis dalam kitab suci Al Qur’an.(*)