Oleh
1.Ir.H.Taryono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS )
2.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS )
Pandemi covid-19 telah berlangsung 1,5 tahun dan menyebabkan dampak yang serius di berbagai bidang kehidupan baik pendidikan, kesehatan, budaya , religi termasuk bidang ekonomi. Di bidang pendidikan, kita harus melakukan pembelajaran daring dengan segala keterbatasan tapi juga kelebihan. Di bidang kesehatan, banyak yang terkena covid dan banyak kehilangan anggota keluarga karena harus berakhir dengan kematian. Event budaya tidak bisa terselenggara sehingga menurunkan pendapatan bagi pekerja seni dan ibadah ritual dibatasi termasuk berjamaah di tempat ibadah membuat mereka para takmir masjid merasa kehilangan jamaah rutinnya. Secara ekonomi sangat nyata , mereka kehilangan penghasilannya hampir 60 persen bahkan lebih sehingga harus punya strategi bertahan hidup yang jitu untuk bisa bertahan hidup. Sekilas gambaran dampak ekonomi covid-19 yang dirasakan seorang yang bergerak di bidang catering.
Ibu Dyah, seorang ibu yang memiliki 3 anak, SMP, SD, dan TK. Sebulan lagi melahirkan anak ke-4. Bu Dyah dan suaminya selama belum pandemi memiliki usaha catering kecil- kecilan. Menerima pesanan nasi box dan snack untuk acara rapat. Kebetulan saudaranya ada yang bekerja di sebuah bank swasta di Yogyakarta, melalui saudaranya itu, bu Dyah sering dapat job. Selama masa pandemi lebih setahun ini, sepi orderan karena aktivitas rapat di kantor hampir tidak ada. Disamping menerima pesanan tersebut, bu Dyah juga buat makanan kecil yang dititipkan di kios jualan snack, namun masa pandemi ini membuat omset penjualan juga turun drastis. Beberapa hari yang lalu sempat curhat, bingung bagaimana bisa bertahan hidup. Kalau untuk makan sehari- hari masih bisa dengan cara menghemat kualitas menu makanan, misal asal ada nasi, sayur, lauk seadanya, misal tahu, tempe, kerupuk, atau ikan asin. Kadang- kadang mendapat bantuan sembako dari masjid atau tetangga kanan- kiri, ternyata sedikit membantu. Namun yang menjadi beban adalah beaya kontrakan sebesar 10.000.000/ tahun. Setelah nego dengan pemilik kontrakan, dibolehkan nyicil perbulan 1.000.000. Keadaan ini juga masih dirasa terlalu sulit dipenuhi pada masa- masa seperti sekarang. Belum lagi mikir tambahan beaya kelahiran dan kebutuhan anaknya yang sebentar lagi akan lahir. Waktu bertandang ke rumah saya, beliau melihat- lihat banyak tanaman hias di rumah saya, kemudian memohon agar sebagian tanaman hias saya dikemas dalam pot- pot kecil dan akan dijualkan via online. Apapun akan dilakukan asalkan mendapatkan uang, begitu kata bu Dyah. Kemudian saya sarankan juga, untuk penghematan beaya quota internet saat pembelajaran daring anaknya, saya sarankan untuk memakai wifi masjid.