Adapun Islam memiliki perspektif yang khas dalam memperhatikan kelestarian lingkungan. Bahkan sejarah telah mencatat bahwa ketika Kekhilafahan menjadi mercusuar peradaban dengan pembangunan kota-kota skala internasional pada masanya.
Konsep perencanaan tata ruang tidak hanya memperhatikan aspek sosial masyarakat tapi juga kelestarian alam. Aspek sosial menjadi hal yang tidak lepas dari pembangunan karena pemerintah Islam berupaya agar pembangunan yang dilakukan bernilai ibadah
Kelestarian lingkungan adalah bagian terpenting dalam pembangunan. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…” (QS Al-A’raf: 56).
Di sisi lain, Islam juga sangat menekankan pentingnya individu untuk memperhatikan kebersihan lingkungan. Alhasil, penjagaan kelestarian lingkungan bersinergi baik dari aspek individu masyarakat, juga negara.
Baca Juga:Laptop Merah Putih, Wacana di Atas Penderitaan Rakyat“Dark joke” Candaan Kontroversial yang Tidak Lucu
Aspek tata ruang yang ramah lingkungan ini dengan mudah dapat kita temukan dari peninggalan Kekhilafahan Islam di masa lalu. Kita dapat menyaksikan peninggalannya di Turki atau di Irak (Baghdad).
Pada masa Kekhilafahan Utsmani, pemerintah Islam telah membangun kota dengan konsep yang tidak hanya megah, namun juga memperhatikan aspek lingkungan. Bangunan-bangunan megah dengan cita rasa seni yang tinggi ini dibarengi dengan pembangunan irigasi dan kanal-kanal yang memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan.
Demikian juga dengan apa yang ada di Baghdad. Pusat pemerintahan Abbasiyah ini sangat megah dengan fasilitas yang melampaui negara mana pun saat itu. Level kemakmuran di era Baghdad ini tampak dari dibangunnya sejumlah istana-istana megah milik para pembesar. Serta dari pembangunan berbagai fasilitas umum yang serba megah yang dilakukan besar-besaran di sekitar kota.
Pembangunan yang dilakukan ini adalah cerminan dari keimanan para penguasanya. Satu konsep pembangunan wilayah yang tidak hanya modern, tapi juga mampu menguarkan sisi spiritual pada siapa pun yang bermukim maupun yang berkunjung di tempat tersebut.
Maka, jika kembali pada proyek hijau yang tengah digagas saat ini dengan dalih pembangunan yang ramah lingkungan saat ini yang sarat akan kepentingan para korporasi, juga sebagai upaya pembersihan atas kesalahan mereka yang telah mengekploitasi Alam tentu berbeda dengan konsep Islam dalam pembangunan.