Berbeda dengan sistem kapitalisme sekuler dengan janji kosongnya, Islam dan syariatnya terwujud nyata dalam riayah Khilafah Islamiyyah. Dalam institusi ini, masing-masing individu, masyarakat, dan negara akan bersinergi membentuk kehidupan Islami yang diawali dari ranah keluarga.
Para orangtua memiliki kewajiban memberikan identitas diri bagi anak-anaknya sesuai hukum nasab (QS. al-Ahzab: 5); memberikan hak hidup (QS. al-An’am: 151); memberikan penyusuan/ar-radha’ah (QS. al-Baqarah: 233); memberikan nafkah; mendapat pengasuhan yang baik; mendapat keadilan; mendapat kasih sayang; bermain;Â dan mendapat perlindungan. Allah Swt. berfirman:
“Wahai orang-orang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, mereka tidak pernah durhaka kepada Allah terhadap apa-apa yang Dia perintahkan kepada mereka, mereka selalu mengerjakan.” (TQS. at-Tahrim: 6)
Baca Juga:Jangan Konsumsi Sembarangan, 3 Buah Ini Ternyata Berbahaya Jika Salah MakanCara Menyimpan Daging Di Kulkas Biar Tahan Lama
Makna yang terkandung dalam firman Allah tersebut adalah perintah yang ditujukan kepada ayah sebagai kepala keluarga. Ia bertanggung jawab bukan saja atas dirinya, tapi juga terhadap kesejahteraan dan pendidikan isteri dan anak-anaknya, terutama pengetahuan Islam dan syariatnya. Pemahaman ini terwujud juga dalam keluarga-keluarga yang lain dengan dukungan negara berupa penyediaan lapangan kerja, terpenuhinya hak dasar masyarakat secara optimal seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Jadi, untuk menjadikan bangsa yang maju, generasi berkualitas terletak pada sistem yang sahih. Sistem yang mengimplementasikan hukum syara’, bukan hukum manusia.
Sungguh sinergisitas 3 pilar Islam (individu, masyarakat, dan negara) tersebut hanya ada ketika institusi syariat kaffah tegak kembali di tengah umat. Harapan terciptanya generasi unggul, berdayaguna, berakhlakul karimah, yang lahir dari individu-individu Islam dengan pola pikir dan pola sikap islami adalah fakta nyata, sudah terukir dengan tinta emas bahwa peradaban gemilang Islam telah menjadi mercusuar dunia, hampir 14 abad lamanya. Maka, tak lama lagi janji Allah dan bisyarah Rasulullah Saw. kembali hadir dengan bersatunya umat, memperjuangkan tegaknya Islam demi masa depan generasi cemerlang.
Wallahu a’lam bi ash Shawwab.
Â
Â