Datang dari inisiatif bersama dan semua orang memberi kontribusi dengan suka rela sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sederhana tanpa meninggalkan esensi kecintaan kepada Indonesia. Ya warga Gang Makam dan jutaan warga lainnya mencintai Indonesia dengan caranya masing-masing. Mencintai Indonesia, dengan cara sederhana. Syukuran kemerdekaan dengan gotong royong.
Dalam gotong royong ada nilai kebersamaan yang menjadi ruh dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Sikap gotong royong didasari oleh nilai kemanusiaan, keadilan sosial, kebersamaan, persatuan, permusyawaratan dan saling tolong menolong. Dalam gotong royong ada dialog yang setara namun tetap memberikan ruang untuk berbeda. Setiap orang memiliki posisi yang setara dalam perbedaan kapasitas, kontribusi, etnisitas dan sosial. Namun memiliki tujuan bersama. Inilah yang dimaksud gotong royong memiliki makna kedaulatan.
Dalam gotong royong, bukan siapa yang mengatur atau siapa yang diatur. Namun berprinsip kepada dialog dan musyawarah untuk pemberdayaan dan kebaikan bersama. Dimana setiap individu memberikan kontribusi sesuai posisi, kemampuan dan keadaannya. Dalam gotong royong ada kesetaraan tapi tak seragam, namun memiliki tujuan yang sama. Itulah bhineka tunggal ika.
Esensi dari gotong royong adalah hidup bareng, mengerjakan sesuatu secara bersama-sama untuk kepentingan bersama. Paradigma dari gotong royong adalah paradigma dialog, bukan paradigma konflik -saling menyalahkan -aku yang benar, yang lain salah. Paradigma dialog dan kebersamaan menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi dipikul bersama, bahu membahu menghadapi problem bangsa, masyarakat dan atau komunitas. Namun demikian, dalam paradigma gotong royong yang membangun kebersamaan, tidak menuntut keterlibatan mutlak dari semua anggota masyarakat. Sebab prinsip dasar dari gotong royong adalah partisipasi yang didasari kerelaan. Inilah modal sosial yang harus dirawat. Itulah makna sila ke empat, pada kata “permusyawaratan” adalah gotong royong. Acara 17an warga Gang Makam Kelurahan Harapan Baru, juga rakyat Indonesia lainnya dibangun dari musyawarah-gotong royong. (190821)