PURWAKARTA-Kampung Tajur yang berlokasi di Desa Pasanggrahan Kecamatan Kabupaten Purwakarta, dinyatakan sebagai Desa Wisata Berkembang dan masuk dalam kategori 100 besar. Hal itu terungkap dalamn even Anugerah Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta, Agus Hasan Saepudin melalui Kabid Pariwisata, Acep Yulimulya mengungkapkan, proses untuk menjadi peserta anugerah desa wisata itu memakan waktu yang cukup lama. Sebelumnya, desa yang berada di Kecamatan Bojong itu hanya masuk pada kategori 300 besar. “Dari Kabupaten Purwakarta hanya satu desa yang dinyatakan sebagai desa wisata berkembang dan mendapatkan ADWI 2021, untuk desa wisata lainnya yang ada di Purwakarta masih masuk kategori desa wisata rintisan,” kata Acep kepada awak media, Sabtu (22/8)
Menurutnya, proses pendaftaran ajang ADWI 2021 itu dimulai pada bulan Februari lalu, dilanjut dengan pengisian beberapa form yang diisi sesuai dengan kondisi eksisting melalui portal Jejaring Desa Wisata (Jadesta 2021). “Setelah itu, akan terlihat desa wisata yang kita daftarkan masuk di kategori desa wisata apa? Lalu, setelah proses entry data maka mulai dilaksanakan pembukaan kompetisi oleh kementerian yang dilanjutkan dengan bimbingan teknis desa wisata. Ada sekitar 70 ribu desa wisata se-Indonesia masuk sebagai peserta dalam ADWI 2021 yang kemudian disaring menjadi 300 dan disaring lagi menjadi 100 desa. Finalnya sekitar Oktober nanti,” bebernya.
Dia menjelaskan di Kampung Tajur yang asri, kehidupan masyarakatnya masih mempertahankan adat dan budaya warisan leluhur. Hal itu menjadikan kampung tersebut menjadi destinasi wisata edukasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke sana. “Para wistawan yang berkunjung dapat mengambil pelajaran bagaimana cara berkehidupan masyarakat kampung yang hingga saat ini masih mempertahankan warisan dari masyarakat tempo dulu atau leluhurnya. Pengunjung juga dapat secara langsung belajar bagaimana kehidupan masyarakat di kampung, seperti bercocok tanam, dari mulai proses menanam padi, menumbuk padi, hingga memasak nasi dengan menggunakan kayu bakar di tungku (hawu),” jelasnya.
Sebelum pandemi, lanjut dia, wisatawan yang datang ke Kampung Tajur kebanyakan berasal dari luar daerah Kabupaten Purwakarta bahkan luar daerah Jawa Barat. Setiap tahunnya jumlah wisatawan mencapai ribuan orang, terlebih sebelum adanya pandemi Covid-19. “Rata- rata setahun mencapai 7.000 orang wisatawan yang berkunjung, bahwa pada tahun 2012 lalu mencapai pengunjung mencapai 12.000 orang. Bahkan pada tahun 2017 lalu sempat ada kunjungan wisatwan perwakilan dari 24 negara, dari mulai pelajar, mahasiswa hingga pejabat pemerintahan. Seperti dari Malaysia, Korea, Amerika dan lain-lain,” ungkapnya.