SUBANG-Siapa yang tidak kenal dengan Dr. KH. Musyfiq Amarullah, Lc. Dia merupakan dai kondang yang sudah memiliki sertifikat internasional.
Musyiq merupakan pendiri sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren At-Tawazun Kalijati- Subang. Setelah mendapat amanah sebagai Ketua PC NU Subang, kini dia sebagai Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Subang.
Pria berumur 58 tahun yang lahir di Serang – Banten dan memiliki empat orang anak dari istri tercinta. Bahkan kini dia sudah menjadi kakek. Dia kini memiliki empat orang cucu.
Baca Juga:Pembangunan Bendungan Karet di Desa Cigugur Belum JelasMasih Muda, Ashanty Ogah Disebut Nenek
Jiwa kepemimpinan untuk menjadi seorang penceramah sudah timbul sejak kelas 2 Aliyah di Pondok pesantren Darul Rahmah Dimaja. KH. Musyfiq sering sekali di tugaskan menjadi pencermah dalam khutbah Jumat.
“Ketika itu saya berfikir waduh saya disuruh seorang kyai untuk menggantikannya dalam Khutbah Jumat. Perasaan saya campur aduk kala itu,” kenangnya menceritakan masa mudanya.
Musyfiq mengakui bahwa peran orang tua sangat penting dalam perjalanan karirnya. Orang tuanya juga yang mengorbitkan dirinya menjadi penceramah.
“Orang tua saya dulu merupakan guru madrasah. Nah jika ada gelaran Maulid Nabi, maka saya yang disuruh ceramah,” ujarnya.
Karir dakwahnya terus menanjak dan meluas. Dia dikenal banyak orang. Dia mengisi ceramah di masjid dan berbagai instansi.
Puncak karir dakwahnya saat menyelesaikan pendidikan sarjana di Madinah. Ketiak itu masuk pendidikan kader ulama di Jakarta pada tahun 1990-an. Kebanggaan baginya karena bisa menjadi penceramah di Masjid Istiqlal.
“Satu malam ketika di dapuk menjadi imam besar masjid Istiqlal tersebut, saya tidak bisa tidur untuk menjadi penceramah,” kenangnya.
Baca Juga:Berikut Analisa Krimonolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala Soal Tersangka Pembunuhan Ibu dan Anak di Jalancagak SubangCara Membersihkan Emas Putih Agar Tetap Kinclong
Setelah itu, undangan untuk mengisi ceramah semakin banyak. Dia pernah mengisi ceramah di berbagai daerah di Jawa Barat, DKI Jakarta, Padang, Lampung, Kepulauan Riau hingga Bangka Belitung.
Setiap perjalanan, diakui KH Musyfiq tidak luput dari pengalaman unik dan mengharukan. Seperti ketika dirnya diminta hadir untuk mengisi ceramah di Kepulauan Seribu. Dia harus menaiki kapal untuk mencapai ke pulau tersebut.
Berangkat dari Pantai Muara Angke menggunakan Kapal nelayan dengan estimasi memakan waktu lima jam untuk sampai ke Pulau Kalapau. Kapal dengan ukuran di bawah 5 GT itu habis.