KOTA BANDUNG — Jumlah pasien COVID-19 yang masih menjalankan isolasi mandiri (isoman) di Jawa Barat (Jabar) saat ini kurang lebih 40.000 orang. Pemda Provinsi Jabar pun intens memperkuat manajemen perawatan pasien COVID-19.
Setelah membuat konsultasi kesehatan jarak jauh (telemedicine) dan bantuan obat serta vitamin gratis, Pemda Provinsi Jabar kini meluncurkan OMAT (Oksigen untuk Masyarakat Jabar).
Melalui Omat, masyarakat bisa dengan simpel dan cepat mendapatkan oksigen ketika membutuhkan, meminjamkan atau mendonasikan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Urusan antar – jemput gratis ditanggung Pemda Provinsi Jawa Barat.
Baca Juga:11 Prioritas Pembangunan Jabar Tahun 2022Ridwan Kamil Kukuhkan Anggota Paskibraka Jabar 2021
Lia Nurhayati, salah seorang warga mengakui pada pekan pertama Bulan Juli lalu, keluarganya menjalankan isoman termasuk dia sendiri. Namun saat itu, kondisi kakaknya sangat mengkhawatirkan karena alami sesak napas.
Di tengah kepanikan, Lia berusaha mencarikan oksigen melalui informasi yang beredar terkait tempat pengisian ulang oksigen. Sayangnya, tempat-tempat pengisian oksigen yang dia cari mengalami kekosongan oksigen.
“Saya sampai bilang ke semua teman, saudara-saudara barangkali ada informasi di mana saya beli oksigen saya tunggu informasinya. Akhirnya sehari kemudian saya mendapatkan itu dari temen, saya dapat dua tabung dan kakak saya yang awalnya hampir di bawa ke RS karena saturasi oksigen menurun dapat terselamatkan,” ucap dia pada peluncurkan Poskibar dan OMAT di acara TEPAS (Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat) Vol 9 secara daring, Jumat (20/8/2021).
Diakui Lia, saat itu dia sangat khawatir, takut ada terjadi perburukan keadaan. Pasalnya, saat itu tingkat kematian warga isoman cukup tinggi karena telat penanganan ketika alami gangguan pernapasan.
“Alhamdulillah akhirnya keluarga saya sehat kembali,” ucap Lia.
Mendengar aspirasi warga tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, di masa kedaruratan, penyelematan nyawa itu nomor satu. Pemerintah melalui para OPD dan BUMD harus ikut turun termasuk para ASN sebagai relawan penanganan COVID-19.
“Yang jadi data di kami mayoritas pasien bukan di RS tapi di rumah. Kami memahami kesulitan masyarakat. Kalau kontak dokter susah, maka ada telemedicine, ada 13 dokter stand by dan sekarang sudah 50 ribu warga yang menggunakan fitur tersebut,” kata Ridwan Kamil.