SUBANG-Ratusan hektar tanaman padi berusia muda di Kecamatan Pusakanagara terancam kekeringan bahkan gagal panen. Itu karena minimnya debit air dari saluran Tarum Timur yang sampai ke pesawahan.
Pantauan di lapangan, padi terancam kekeringan tersebut berlokasi di wilayah Desa Pusakaratu.
Petani pemilik sawah yang berada di daerah tersebut hanya mengandalkan saluran irigasi dari Tarum Timur untuk mengairi tanaman padinya. Pasca jebolnya sipon maka pasokan air ke wilayah Pusakaratu menjadi berkurang.
Baca Juga:Bansos Rp10 Juta, Bupati: Daripada Pinjam Bank EmokPemkab Karawang Salurkan Vaksin moderna untuk Nakes dan Warga
Salah satu petani Desa Pusakaratu Dasli mengatakan, kurangnya pasokan air ini bisa mengancam pertumbuhan padi. Sebagian tanaman padi ini baru berumur 1,5 bulan.
“Lahan ini sangat membutuhkan air agar tanaman padi bisa tumbuh dengan baik. Apabila pasokan air berkurang ini akibatnya bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan padi, bisa-bisa padi akan jadi kerdil dan ini mengancam petani gagal panen,” kata Dasli.
Dasli mengatakan, jika melihat kondisi seperti sekarang ini kemungkinan besar petani tidak akan bisa panen. Kalaupun panen hanya 40 % saja.
“Itu juga harus mengeluarkan uang lebih besar, karena untuk bisa mengairi sawah petani harus nyedot air dari sumur pantek,” ucapnya.
Sedot air untuk satu hektar sawah harus mengeluarkan biaya Rp300 ribu untuk membeli bahan bakar. Upaya itu dinilai kurang maksimal, karena air akan kembali surut.
Para petani di wilayah Kecamatan Pusakanagara mengharapkan agar Muspika Kecamatan Pusakanagara harus segera turun tangan membantu para petani mengatasi ancaman kekeringan agar tidak terjadi gagal panen.(ygi/ysp)