Oleh Nunung Rohayati
(Ibu Rumah Tangga)
Baru-baru ini ter-rilis kabar di media-media online bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung ber-rencana meresmikan pengajuannya terkait pengadaan sejumlah unit Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), di sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung.
Sepintas, tentu saja ini sebuah berita bagus dan perlu di apresiasi, apalagi yang di wacanakan (konon) perihal pengadaan fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang belum memiliki sarana dan prasarana pembelajaran. Namun, jika boleh sedikit berpandangan dan sedikit mengomfarasikannya dengan situasi yang ada saat ini, apakah wacana ini sudah benar-benar urgentif dan proporsional? Mengingat pandemi yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, yang jika di lihat secara global statistik masih belum juga menunjukkan tanda-tanda akan segera usai?
Sependek pengamatan kami, yaitu pasca “kongkow” bareng para ibu yang memiliki anak yang “pergi belajar”-nya menggunakan “transportasi” dalam jaring alias online, kami dapati bahwa yang mereka keluhkan dan harapkan saat ini tampaknya bukanlah masalah sarana dan pra sarana bangunan sekolahannya. Bukan pula terkait zonasi, bonafiditas atau oke ngganya kurikulumnya. Yang mereka keluhkan saat ini adalah persoalan pembelajaran online yang bikin repot. Dan mereka berharap pemerintah serius mengatasi pandemi ini. Sebab dengan teratasinya pandemi, artinya anak-anak bisa kembali belajar secara normal.
Baca Juga:Sekda Minta KPAD Subang Proaktif dan BerinovasiAkibat Kekeringan, Ratusan Hektar Padi di Kecamatan Pusakanagara Terancam Gagal Panen
Dalam Islam, pendidikan, kesehatan dan keamanan di sejajarkan dengan kebutuhan pangan. Maka jika pendidikan sudah di rasakan tidak nyaman, lalu kesehatan sudah di dominasi paranoid, dan keamanan lebih di kuasai kekhawatiran, – sehingga mengeluarkan ketiganya dari kebutuhan primer -, itu artinya fault atau kegagalan dalam sebuah tatanan. Dan itu biasanya erat kaitannya dengan sistem yang di adopsinya.
Sejarah mencatat, pemerintahan Bani Abbasiyyah berhasil mengonsolidasikan kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan. Sehingga kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berada pada zaman keemasannya. Dan pada masa inilah Negara Islam menempat diri sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Kenapa bisa demikian?
Semua tak lepas dari sistem.
Kebijakan-kebijakan yang di adopsi Bani Abbasiyyah dalam menjalankan pemerintahannya mencontoh sistem pemerintahan yang di jalankan Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alayhi Wasallam dan Khulafur Rasyidin. Ulama di tempatkannya pada posisi yang semestinya, dan kebijakan – kebijakan yang di ambil atau di terapkan, tidak lepas dari nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuknya.