Oleh : Ramdan Hamdani
Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial
Tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar nampaknya perlu terus ditingkatkan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 lalu, terungkap fakta bahwa literasi kuangan di kalangan remaja berusia 15 – 17 tahun hanya sebesar 16 persen. Angka tersebut terpaut jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional yang mencapai 38 persen. Demikian halnya dengan tingkat inklusi keuangan pada rentang usia tersebut yang hanya mencapai 58 persen, jauh di bawah tingkat inklusi keuangan nasional yang menembus angka 76 persen.
Temuan lainnya yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah ketidakmampuan pelajar dalam mengelola keuangannya. Mereka belum benar – benar memahami tentang pentingnya menabung dan berinvestasi bagi masa depan maupun untuk menghadapi kondisi darurat. Sebagian pelajar cenderung memiliki perilaku konsumtif akibat tergoda oleh berbagai produk barang ataupun jasa yang ditawarkan oleh para influencer melalui media sosial. Akibatnya, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhannya di masa yang akan datang. Kebutuhan – kebutuhan tersebut biasanya berkaitan dengan dana kesehatan, keperluan ibadah (seperti ibadah haji) serta kebutuhan permodalan.
Apa yang disampaikan oleh OJK tersebut tentunya perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Kemampuan setiap individu untuk mengelola keuangan seyogyanya dilatih sedini mungkin. Menunggu anak hingga dewasa untuk kemudian diajarkan bagaimana cara mengelola keuangan yang benar bukanlah keputusan yang bijak. Sebaliknya, mengajak anak untuk berpikir dan melihat jauh ke depan menjadi sebuah keniscayaan dalam upaya menyiapkan generasi unggul yang mampu hidup secara mandiri.
Baca Juga:Sadis!! Oknum PNS Guru Agama di Subang Tega Aniaya Istri hingga Pernah Masuk Rumah SakitPemkab Subang Segera Bangun Akses Jalan Lingkar Luar Kota, Ini Anggaranya
Setidaknya ada empat manfaat yang bisa diperoleh apabila kita menanamkan kesadaran tentang pentingnya mengelola keuangan dengan bijak sejak dini. Pertama, mendidik anak untuk senantiasa mendahulukan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan. Hal ini menjadi sangat penting bagi anak dalam menjalani kehidupannya saat mereka dewasa nanti. Anak diajarkan untuk membuat skala prioritas untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya sesuai dengan kondisi keuangan yang ada. Artinya, anak dididik dan dibiasakan untuk selalu berpikir secara rasional saat menghadapi berbagai kondisi.