SUBANG-Kisruh beda data Satgas Covid-19 dengan Pikobar Jabar bukan hanya menimpa Subang. Pernah dialami sejumlah daerah lain di Jabar seperti Depok dan Cianjur. Inti masalahnya karena keterlambatan input data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) masing-masing daerah ke aplikasi New All Record (NAR) Kementerian Kesehatan. Demikian klarifikasi pihak Pikobar Jabar kepada Pasundan Ekspres, Rabu (1/9).
Penanggung jawab pikobar.jabarprov.go.id mewakili Satgas Covid-19 Jabar, yang tak mau disebutkan namanya, Pikobar berada di ujung dalam sistem update data. Tidak melakukan input data, tapi mengambil data yang sinkron dengan data yang tersedia di NAR.
“Pikobar tidak melakukan input data. Kami mengambil data dari NAR. Nah, sistem di NAR ini datanya diisi oleh fasilitas Kesehatan atau Dinkes masing-masing daerah. Kami tentu berempati, karena daerah punya kesibukan dalam penanganan medis, akibatnya input data sering terlambat. Sementara ketika input data ke NAR hari ini, walaupun itu data lama, hanya akan dikenali itu sebagai data hari ini. Data yang tersaji di Pikobar pun akan sama,” jelasnya.
Baca Juga:Masyarakat Jangan Berasumsi Liar Soal Kasus Pembunuhan di Jalancagak Subang, Pengamat: Ada Pasal ITEAa Umbara Sutisna Terima Honor Rp5 juta Perjam untuk Jadi Narasumber, Kepala BPKAD: Itu Uang Pribadi
Ia menjelaskan, secara spesifik bahwa data yang di Pikobar akan sama dengan data di NAR. Aplikasi NAR menjadi satu-satunya rujukan data milik Kementerian Kesehatan. Sedangkan penetapan level Covid-19 di suatu daerah bukan hanya merujuk kepada data di NAR atau Pikobar.
Selain itu, Pikobar dikoordinasikan dan dioperasikan oleh tim dari lintas sektor yang tergabung di bawah Satgas Covid-19 Jabar. “Hal ini sudah kami jelaskan kepada pihak Satgas Covid-19 Subang. Bahkan Dinkes Jabar sudah memberikan catatan khusus untuk Dinkes Subang terkait data cleansing yang harus dibenahi. Sekarang posisinya Dinkes Jabar menunggu dari Dinkes Subang,” sambungnya.
Ia juga menambahkan, perbedaan data bukan saat ini saja terjadi. Hanya saja untuk Subang, menjadi atensi besar karena perubahan data yang cukup signifikan di momentum kasus Covid-19 sudah melandai. “Ini otomatis menjadi atensi publik. Data Subang melambung saat kasus melandai. Di daerah lain terjadi tidak sinkron data saat kasus memang melonjak kemarin. Jadi sekarang ini akan menjadi momen bagus untuk perbaikan data,” pungkasnya.